5

735 63 2
                                    

Tenggg...tenggg...

Suara bel pulang, menuntun Ayara, Malik dan Gara menuju parkiran. Sementara, Revan terlambat pulang karena harus mengikuti pelatihan Paskibraka dulu. Mereka bertiga menaiki kendaraan masing-masing dan berlalu ke luar gerbang.

"Gua duluan ya, mau nemenin Mommy nih." Sorak Malik sembari melaju dengan motornya.

"Iya, hati-hati bro." Sorak Gara meng-klakson.

Kini, hanya ada Ayara dan Gara di sisi kiri gerbang.

"Gua, duluan ya." Ujar Ayara sembari hendak menggas motornya ke arah kedai di sebelah kanan sekolah.

Gara yang sudah tau akan hal itu, membentangkan sebelah kakinya tepat di depan motor Ayara.

"Ay, jangan lagi ya." Pinta Gara penuh harap.

Ayara hanya diam dan berlalu pulang, Gara memberi Ayara jalan dan menatap sosok punggung yang menjauh.

"Syukurlah." Ujar Gara setelah melihat Ayara tidak mampir ke kedai itu. Karena arah rumah Ayara dan kedai itu searah, jadi Gara sengaja memperhatikan Ayara dulu apakah ia mampir atau tidak.

Usai memastikan bahwa Ayara segera pulang, Gara mengendarai motornya untuk pulang ke rumah. Namun, hal yang Gara syukuri ternyata tidak benar-benar terjadi.

Selang beberapa menit sejak kepergian Gara dari sisi kiri gerbang, motor Ayara kembali menuju sekolah, berhenti tepat di depan kedai itu.

Pandangannya menatap ke sebelah kiri tepat di tempat Gara berdiri bersama motornya tadi.

"Maafin gua Ga, gua ga bisa lakuin itu sekarang." Lirih Ayara menatap sisi kiri gerbang sembari membuka helm nya.

Ayara turun dari motornya dan segera masuk ke kedai. Seperti biasa, ada banyak pria dengan asap rokok nya masing-masing di sini.

"Mbok." Sapa Ayara pada pemilik kedai.

"Eh, Aya. Kenapa belom pulang?" tanya Mbok Iyem.

Ayara hanya membalasnya dengan diam. Mbok Iyem yang sudah tau karakter Ayara  itu hanya bisa tersenyum.

Perlahan Ayara bermain dengan asap rokoknya. Membuat beberapa lingkaran dan kemudian menatap kosong hingga lingkaran itu hilang.

"Duluan Ay." Sapa Agi yang dibalas anggukan oleh Ayara.

Ayara masih asik dengan rokoknya. Hingga pada batang ketiga, ia merasakan ada sesuatu yang terjadi pada perutnya.

Sementara di sisi lain, Revan baru saja siap latihan Paskibraka dan segera pulang. Namun, tepat di depan gerbang ia melihat motor yang sudah tidak asing lagi.

"Kayak motor Aya." Ujar Revan sembari menuju ke kedai itu.

Ayara yang merasa sakit perut mematikan rokoknya yang tinggal setengah itu. Ia segera pamit dan keluar dari kedai itu.

"Aya." Sapa Revan yang masih mengendarai motornya.

Ayara yang tengah memasukkan tas ke jok motor itu kini menatap sosok Revan yang semakin mendekat.

"Revan?" sapa Ayara dengan canggung.

"Kok belom pulang?" tanya Revan sedikit cemas.

Ayara hanya diam, rasa sakit di perutnya seolah menahannya untuk bicara.

"Ay?" tanya Revan lagi.

Ayara masih tetap diam. Revan turun dari motornya dan segera mendekati Ayara.

"Lo sakit? kok pucet?" tanya Revan sembari memegang kening Ayara.

"Nggak." Ujar Ayara dengan sesekali memegang perutnya. Ia berusaha menyembunyikan ini semua dari Revan.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang