47

319 20 0
                                    

Ayara masuk ke pekarangan rumah dan mulai memarkir motornya. Ia berjalan santai ke lantai atas sembari mengingat apa yang disampaikan oleh Talia tadi.

"Kemarin, Tante nemuin amplop ini di kamar Gara." Ujar Talia.

Kaki Mayara terus melangkah menuju kamarnya. Ia membuka pintu dan duduk di pinggir ranjang.

"Tante belum buka amplop itu," ujar Talia lagi.

Ayara mengeluarkan amplop pemberian Talia dan mulai membaca tulisan di amplop itu.

"Tapi, ada nama kamu di depannya, jadi Tante kasih ke kamu," ujar Talia.

Ayara membuka amplop itu dan mengambil secarik kertas di dalamnya.

"Kamu harus baca isi amplop ini, karena Tante yakin ada sesuatu yang Gara tulis di sini." Jelas Talia lagi.

Ayara membuka kertas itu. Melihat beberapa bait tulisan di sana. Tulisan Gara, Ayara hafal sekali gaya tulisan sahabatnya itu.

"Hai, Mayara Zauni," ujar Gara pada bait pertama tulisan itu.

"Hal pertama yang mau gua sampein di surat ini adalah,"

"Maaf."

"Maaf karena saat lo baca surat ini, gua udah ga ada lagi di bumi. Gua udah ga bisa balik lagi."

Air mata Ayara sukses menetes di atas surat itu.

"Lewat surat ini, gua mintak maaf, karena kisah cinta gua dan Dara, lo jadi banyak kebawa sial."

"Gua mintak maaf kalau gua sering buat lo marah akhir-akhir ini,"

Membaca kalimat ini, ada rasa sesak yang Ayara benarkan.

"Dibalik semua itu, gua sayang banget sama lo, gua mau lo bahagia,"

"Untuk itu,"

"Jujur, gua sengaja pacaran sama Dara, karena gua mau lo lebih deket lagi sama Revan."

Ada rasa syok setelah membaca surat ini saat tahu Gara menyetting hal percintaannya dengan Dara.

"Setelah baca ini, lo jangan pernah jauhin Revan."

"Dia baik, gua kenal dia, lo juga!."

Air mata Ayara tak henti menetes saat membayangkan semua yang Gara tulis.

"Gua seneng lo makin deket sama Revan. Gua harap lo bisa kasih dia hal yang lebih pasti dari kata Teman."

"Jangan nangis lagi ya,"

Air mata Ayara semakin tak terbendung dengan kalimat terikat di surat ini.

"Selamat tinggal."

"Gara Byliand."

Usai membaca semua surat itu, Ayara merasa sangat terpukul. Kenapa ia tidak menghabiskan waktu lebih banyak dengan Gara.

"GARAAA!!!!!?" sorak Ayara.

"Gua nyesel, kenapa gua lebih banyak ngabisin waktu sama Revan!!!" ketusnya pada dirinya sendiri.

"GARAA!!!" sorak Ayara lagi.

"Maafin gua Ga!!" lirih Ayara.

_____
Dari balik dinding kamarnya, Revan tengah mengusap lembut foto keluarganya yang tanpa sosok Ibu itu.

"Harus ya, gua kehilangan sosok orang yang gua sayang dalam hidup?" Revan menatap kosong ke arah jendela kamarnya.

"Gua harus kehilangan Gara, setelah gua ga pernah temuin sosok nyokap." Sembari meletakkan foto.

MAYARA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang