"Yoona..."panggil Jaehyun yang menyela ucapan Yoona. "Let's break up."
"Jaehyun.."
"Aku nggak sengaja denger percakapan kamu sama bunda waktu itu. Aku nggak pernah tau, kalau ternyata selama ini...kalau selama ini kamu terluka ketika bersama dengan aku. Aku nggak pernah tau, kalau ternyata semenjak papa meninggal, kamu mengalami masa-masa yang sulit seorang diri. Aku terlalu sibuk dengan luka aku sendiri sampai aku nggak pernah sadar kalau kamu juga terluka. Aku mikirin banyak hal sejak hari itu, Na. Tentang apa yang kamu rasain, tentang apa yang aku rasain. Memikirkan apa yang terbaik untuk kita saat ini, dan mungkin, dengan berakhirnya hubungan kita, mungkin itu yang terbaik untuk kita berdua. Apa gunanya kita menjalani hubungan yang menyakiti diri kita sendiri? Apa gunanya kita mempertahankan jika kita malah tersiksa? Aku nggak mau kamu terluka dan tersiksa karena aku. Aku tau, kamu pun berpikir ini adalah jalan yang terbaik untuk saat ini. Kita sama-sama butuh waktu untuk sendiri."
Jaehyun menarik nafasnya berat sebelum ia melanjutkan perkataannya. "Tapi aku, aku nggak bisa ngebuat kamu mengatakan untuk mengakhiri hubungan kita, Yoona."
Mendengar perkataan Jaehyun membuat Yoona tak bisa menahan air matanya. Perlahan air mata Yoona mulai turun, menetes begitu saja.
"Karena itu bakal nyakitin kamu. Jadi biar aku yang melakukannya. Biar aku yang jadi orang jahat disini karena ngelepasin kamu. Biar aku."
"Jaehyun..."panggil Yoona dengan suara bergetar.
"Aku bakal tinggal sama mama dan memulai hidup yang baru disana. Kembali ke keluarga aku seperti yang papa minta, seperti yang kamu minta. Untuk kamu. Jadi tolong, jangan lagi merasa bersalah atas kematian papa. Jangan lagi terluka, Yoona."
"Maafin aku..."isak Yoona.
Jaehyun meraih lengan Yoona. "Sekalipun kita putus, nggak ada yang berubah dengan hati dan perasaan aku, Na. Aku akan dan selalu mencintai kamu. Aku akan selalu berada di tempat yang sama dan nggak akan pernah beranjak. Aku akan selalu menunggu sampai kamu siap untuk kembali. Sampai luka kamu, luka aku, sembuh sepenuhnya dan kita bisa memulai kembali sama-sama tanpa ada rasa sakit yang selalu mengiringi kita. Jadi, jaga diri kamu sampai saat itu tiba. Aku pun bakal ngejaga diri aku dan hati aku. Aku akan bertahan sampai kamu kembali ke sisi aku."
Melihat Yoona yang semakin terisak pun membuat Jaehyun menarik perempuan itu ke dalam pelukannya.
"Maafin aku, Jae.."
Jaehyun melepas pelukannya dan menghapus air mata Yoona dengan jemarinya sembari tersenyum. "Kamu percaya kan sama aku? Aku udah nunggu untuk kamu datang ke aku sejak lama, dan aku bisa nunggu lebih lama lagi. Aku akan selalu menjadi tempat untuk kamu kembali."
Jaehyun mengecup kening Yoona lembut. "I love you, Yoona. So much."
"I love you too, Jaehyun."
***
"Thanks for today, dan untuk semuanya."ucap Yoona ketika mereka berdua sudah berada di depan pagar kediaman Bratajaya.
Jaehyun tersenyum. "Sama-sama, Na. Makasih juga, ya."balas Jaehyun.
"Malem ini aku balik ke kosan Yuta, sekalian ngambil barang disana terus besok aku langsung pindah ke rumah mama."
Yoona menganggukkan kepalanya tanpa berkata apa-apa. Namun dalam hatinya, Yoona berharap agar Jaehyun bisa hidup bahagia dengan keluarganya yang telah lama terpisah. Yang Yoona harapkan hanyalah kebahagiaan Jaehyun.
Yoona lega, mendengar bahwa Jaehyun memutuskan untuk tinggal dengan keluarganya. Yoona lega, akhirnya Jaehyun bisa mendapatkan kehidupan yang dulu sempat hilang. Sekalipun ia merasa sedih, karena ia tak bisa sedekat itu lagi dengan Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Veni, Vidi, Amavi
Fanfiction[COMPLETED]-We came, We saw, We loved - Karena kita berputar pada satu poros yang sama, dihubungkan oleh suatu benang merah yang sama.