Bagian 58

1.2K 215 49
                                    

"Yang harus dibelinya cuma ini aja, bun?"tanya Yoona yang sedang membaca daftar belanjaan yang harus dia beli untuk menu buka puasa nanti.

"Iya itu aja, kak."jawab bunda dengan lemas.

Yoona mengangguk. "Oke deh, kakak pergi dulu kalau gitu."

"Maaf ya kak, bunda ngerepotin."ujar bunda yang merasa tak enak terhadap putrinya.

"Ih nggak apa-apa bunda. Udah ya, bunda istirahat aja. Muka bunda pucet gitu. Kalau bunda nggak kuat, bunda batalin aja ya, puasanya."

"Ini bunda tidur bentar juga pasti enakan kok badannya."

"Pokoknya hari ini kakak sama yang lain bakal nyiapin buat buka puasa sama saur nanti. Bunda tau beres aja."

Bunda tersenyum. "Ya ampun, anak bunda udah bener-bener berubah ya sekarang."

"Ih bunda apaan sih."kekeh Yoona. "Bunda nggak mau nitip sesuatu gitu?"

"Nggak, sayang. Oh ya, Kak Yoona pergi sendiri?"

"Sama Jae, bunda."

Yoona menoleh melihat Jaehyun yang tiba-tiba muncul. Perasaan Yoona tadi Jaehyun ada di kamarnya Taeyong, lagi mabar sama Taeyong, Jin, dan Mark.

"Lho? Kapan turunnya? Udah beres emang mabarnya?" Yoona mengerutkan keningnya.

"Udah dong. Jaehyun yang temenin Yoona ya, bun. Nggak bisa Jae tuh ngebiarin Yoona berkeliaran sendiri. Nanti ada yang nyulik Jaehyun sedih." Ijin Jaehyun.

"Ih apaan sih. Nggak malu apa gombal-gembel begitu di depan bunda?"

"Kenapa harus malu? Kan sama bunda sendiri ini. Iya nggak, bun?" Jaehyun mengedipkan sebelah matanya pada bunda.

Bunda terkekeh. "Iya, boleh. Makasih ya kamu udah mau nemenin Yoona."

"Sama-sama bundaku sayang. Kalau gitu aku ngambil kunci mobil dulu sekalian kamu siap-siap gih, Na."

"Pake mobil aku aja, biar nggak bulak-balik."ujar Yoona. "Tunggu bentar ya, aku ganti baju dulu." Lanjutnya yang memang masih dengan setelan rumahnya. Kaus kebesaran dengan celana training.

Jaehyun menganggukkan kepalanya.
"Bunda, Jae anter ke kamar ya. Biar bunda istirahat."tawar Jaehyun.

Bunda tersenyum simpul. "Boleh."

Jaehyun pun memapah bunda yang memang sedang sakit kepala itu.

"Makasih ya, Jae."ucap bunda.

"Sama-sama, bunda."balas Jaehyun dengan senyumnya. "Jae tinggal ya, bun."

Bunda menganggukkan kepalanya. Namun ketika Jaehyun baru melangkahkan kakinya, bermaksud untuk keluar dari kamar bunda, bunda kembali menyerukan Jaehyun. Membuat langkah lelaki itu terhenti.

"Jaehyun..."panggil bunda.

Jaehyun menoleh. "Iya, bunda? Kenapa? Ada yang sakit?"

"Semua orang berhak atas kesempatan kedua."

Jaehyun mengerti, maksud dan arah pembicaraan bunda itu apa dan kemana.

"Papa kamu udah nggak muda lagi, papa kamu membutuhkan seseorang yang bisa merawatnya terutama jika ia sedang sakit. Papa kamu nggak mau membebani kamu. Alasan kenapa papa kamu kembali berhubungan dengan mama kamu dan mencoba memperbaiki hubungan mereka, karena papa kamu nggak mau ninggalin kamu seorang diri, seandainya suatu saat nanti papa kamu harus meninggalkan kamu."tutur bunda. "Setidaknya ia ingin keluarganya kembali utuh, sebelum ia pergi."

Jaehyun tertegun. Selama ini ayahnya tak pernah berkata apa-apa soal itu. Ayahnya tak pernah mengutarakan apa yang selama ini ia rasakan. Selama ini Jaehyun terlalu egois dan terlalu memikirkan perasaannya sendiri. Ia tak pernah memikirkan perasaan ayahnya.

Veni, Vidi, AmaviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang