chapter 10

570 60 159
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu 🙏🙏

Hai, hai aku datang membawa chapter 10 🍒

Maaf ya baru up soalnya sibuk banget, jadi engga punya waktu buat sambung cerita😭😭😭

Jangan lupa vote dan komen karna memberi komen dan vote adalah salah satu penyemangat yang kalian berikan sama aku ⭐⭐⭐

Mohon kalo ada typo tolong beri tahu secepatnya biar di perbaiki🙏🙏🙏

🌺Happy reading 🌺

Seketika Arkan menatap orang itu dengan lekat, dengan sorotan mata yang penuh Arti, serta gigi pada rahan kanannya tergeser menandakan ada emosi yang tertahan. Dan tak lupa tangan yang terkepal kuat, seakan siap melahap orang itu. "Bara" tekannya dengan mata berkaca-kaca.

"Kok Arkan si natap Bara si Sampe segitunya?"(Kok si Arkan natap si Bara sampe segitunya?) Tanya Aksa berbisik tepat di telinga Cemal.

Cemal yang mengerti dengan kata-kata Aksa langsung merespon.

Kok si Cemal ngerti sih dengan kalimatnya Si Aksa meski Cepat dan panjang? Karena Aksa dan Cemal itu tetanggaan, serta bersahabat dari kecil jadi wajar.

"positif thinking aja mungkin mereka lagi ngeliatin belek satu sama lain" jawab Cemal tepat di telinga Aksa.

Aksa menatap Cemal dengan tatapan datar, karena jawabnya tak sesuai harapannya, "bercanda jangan" (jangan bercanda) tegurnya sedikit kesal.

Cemal menggaruk kepalanya "gw juga kaga tau" jawabnya lalu mengfokuskan tatapannya pada Arkan dan Bara.

Bara berdehem singkat "Iya!" balasmya sambil tersenyum miring.

Arkan terdiam sambil menatap wajah anggota geng Dementor, lalu beralih menatap Bara, "bangga gw sama Lo, sekarang Lo udah berkembang ya. Dulunya tuyul, tukang malak sekarang udah berubah jadi gundruwo raja hantu" maki Arkan dengan suara rendah namun terdengar menusuk, serta sudut bibir yang terangkat sebelah.

Bara terkekeh kecil, "iya nih, gw naik pangkat." Balasnya sambil tertawa remeh. "By the way, gimana kabar Lo setelah kejadian itu, gw engga pernah ngeliat Lo. Terakhir gw denger kabar tentang Lo katanya, Lo di bawah sama papa Daffa ke Bandung" desisnya sambil menatap Arkan dengan tatapan mengejek.

Mendengar Bara menyebut 'papa Daffa' rasanya ia ingin merobek mulut musuhnya itu, tetapi ia tak boleh gegabah, karena di hadapannya ini bukan orang sembarangan "Papa Daffa?" ulangnya dengan ekspresi marah yang tertahan.

Bara mengagguk sambil melipat tangannya di depan dada, "iya, papa Daffa" ulangnya dengan ekspresi sok menggemaskan. "dia sendiri yang nyuruh gw manggil dia dengan sebutan papa. Mungkin dia merasa bersalah karena anaknya udah mendorong gw sampai ketabrak mobil waktu itu" ucapnya menyinggung masa lalu kelam Arkan.

Sementara Nadia, ia menatap Pacarnya dan Calon suaminya secara bergantian dengan tatapan bingung, ia tak tahu apa yang tengah mereka bicarakan, karena Bara-pacarnya belum menceritakan tentang masa lalunya yang satu itu.

Sedangkan Arkan, ia Benar-benar sudah terbakar akan Api emosi, rasanya ia sudah tak tahan. Arkan menunduk menatap kepalan tangannya, sembari bersiap melayangkan pukulannya. Tetapi dengan sigap Danish langsung menariknya, "ayo ke kelas!" ucapnya dengan wajah datar sambil menarik lengan kanan sepupunya itu menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya memegang tasnya yang tengah bertengger di bahu kanannya.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang