chapter 11

437 49 122
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu 🙏🙏

Aku datang....

Kalo sda typo tandai ya!!!

🍒Vote and komen🍒

🌿Happy reading 🌿

Arkan dan Nadia berjalan beriringan seraya memasuki butik baju milik Sera-bundanya Arkan.

"ABANG ALKAN" pekik Bella sembari berlari ke arah Arkan.

"Bella" Arkan menggendong Bella dengan sedikit oleng, karena merasa sedikit nyeri pada bokongnya.

Luna dan Sera berjalan menghampiri anak-anak mereka sambil memperlihatkan senyuman hangat, "wah-wah, lagi akur nie" goda Luna-mamy Nadia.

"Gini dong, damai, adem tau ngeliatnya kalo kalian lagi berdamai" timpah Sera, lantas mendekat ke arah Nadia. Setelahnya, ia nampak tak nyaman, sambil berdengus "kok ada bau engga enak ya, seperti bau rokok" ujar Sera.

Arkan menipiskan bibirnya, "iya, soalnya tadi di mobil si____" balas Arkan ingin mengadu, tetapi dengan sigap Nadia langsung melototkan matanya penuh ancaman.

"Si?" Tanya Luna penasaran.

"Si-si pak sopir ngerokok" jawab Nadia berbohong dengan ekspresi gugup.

Luna mengerutkan keningnya, "perasaan sopir pribadi mamy engga ngerokok deh" pungkasnya dengan ekspresi yang masih sama.

Deg...
Nadia tak bisa berkata-kata lagi, wajahnya tiba-tiba pucat, serta ekspresi khawatir yang tergambar, "ta-tapi ta-tadi dia ngerokok mam" balasnya yang masih mempertahankan kebohongannya, "yakan Ar?" Tanyanya meminta Arkan membenarkan omongannya.

Arkan mengacungkan bahunya, "engga tau, tiba-tiba otak gw lupa" balasnya lalu mengecup pipi Belle yang berada di gendongannya, sembari melangkah ke arah sofa. Karena tak ingin terlibat dalam kebohongan Nadia. "Abang punya sesuatu buat Bella" ujarnya lalu duduk di sofa sembari merogok tasnya untuk mengambil beberapa coklat.

Bella mengambil coklat itu sambil tertawa senang, "yey Bella punya banyak coklat" ucapnya kegirangan. "Yaudah Bella mau pergi ke dalam dulu, mau makan coklat bareng sama emba-emba di dalam" Ujarnya lalu turun dari pangkuan Arkan.

Sedangkan Luna, ia nampak berpikir, karena merasa sedikit ragu dengan perkataan putrinya. "Tapi masa sih" Ujarnya.

Melihat ekspresi mamy-nya, Nadia nampak begitu gemetar, serta jantung yang berdetak tak karuan, "aku beneran mam....."serganya, "mamy engga percaya sama aku?"Tanyanya sambil memperlihatkan wajah sedih, agar mamy-nya mempercayai omongannya.

Luna menggeleng-geleng bingung, karena sulit baginya mempercayai omongan putrinya yang sering kali membohonginya. "Ya iyalah, mamy engga percaya sama kamu, soalnya kamu udah sering banget bohongin mamy." Terangnya yang membuat Nadia makin tegang.

"Gawat"gumam Nadia dalam hati, "yaudah, kalo mamy engga percaya itu hak mamy.... Aku mau ke toilet dulu" pamitnya untuk menghindari pembicaraan yang cukup menegangkan ini. "Tan, toiletnya sebelah mana ya?" Tanyanya pada Sera yang sedari tadi terdiam memperhatikan pembicaraannya dengan maminya.

Sera menoleh menatap Nadia, "kamu tinggal masuk, terus jalan lurus, terus belok kanan, nah di situ ada tulisannya toilet" jelas Sera, sambil menunjuk kearah lorong.

"Oww yaudah Tan" sahut Nadia lalu melenggang masuk, sambil mengelus-ngelus dadanya. "Syukurlah" gumamnya.

______ARKAN______

Sera mengukur Arkan dan Nadia secara bergantian untuk pembuatan baju pengantin. Sedangkan Luna ia nampak duduk di kursi sambil menatap ke tiganya sembari mengingat masa dimana Nadia masih bersekolah di taman kanak-kanak "engga nyangka anak aku udah gede" ujarnya sedikit terharu.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang