chapter 5

826 153 101
                                    

ALHAMDULILLAH BISA UP LAGI

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

BIAR AKU SEMANGAT BUAT NYAMBUNG CERITA INI SAMPAI TAMMAT [INSYAALLAH]

🍁HAPPY READING 🍁

Seorang anak laki-laki yang memiliki raut wajah polos dan berusia 14 tahun tengah berjalan seorang diri di lapangan sambil memegang selembar kertas ulangan matematika, dan tak lupa senyuman bahagia yang menghasilkan lesung pipi yang manis, serta lompatan-lompatan kecil yang mengintai setiap langkahnya.

Ya, anak laki-laki yang menggunakan seragam SMP itu sangat bahagia karena kini pertama kalinya ia mendapatkan hasil ulangan metematika 85, dan itu murni hasil kerja kerasnya.

Anak laki-laki itu mengusap kertas itu tepat di tulisan "85", lalu menaruh lembaran tersebut ke dadanya, dengan senyuman yang masih tergambar di wajahnya , seakan ia tak sabar untuk menunjukkan nilai hasil kerja kerasnya itu pada papanya.

Kini langkah kaki itu terhenti tepat di halte-dekat gerbang sekolah yang nampak begitu sepi, kendaraan roda 2 dan 4 pun sangat sedikit yang berlalu lalang sehingga menambah kesan suram pada Lokasi tersebut.

Anak itu menatap ke sekitarnya yang terlihat senyap, "sepi banget ya?" Pikirnya sambil beralih menatap jam tangannya.

Jam menunjukkan Pukul 14:37, ia langsung melebarkan matanya, "pantes, semua orang udah pulang" sahutnya, lalu beralih menatap jalanan yang di huni sedikit kendaraan itu.

Tiba-tiba 3 anak laki-laki yang seusianya datang menghampiri, sambil menatapnya dengan tatapan remeh, "ehhh anak aneh!" panggil salah satu anak remaja yang berjalan di tengah dan di ikuti ke dua sahabatnya yang mengekor di samping kanan dan kirinya.

Anak laki-laki yang di sapa itu, langsung tersentak, karena merasa sedikit terkejut, tiba-tiba ekspresi wajahnya menjadi takut, pada saat menatap ke 3 orang yang menghampirinya, karena ke tiga orang di depannya itu adalah pembullyh kejam disekolah, dan sering memalak uang saku semua siswa, baik kakak kelas maupun adek kelas.

"Perasaan tadi pagi gw engga pernah lihat Lo deh" ujar anak laki-laki yang melipat tangannya di depan dada, dengan posisi berdiri di sebelah kanan, sambil menatap anak polos itu dengan tatapan datar namun menyeramkan.

Anak polos itu, langsung menelan ludahnya dalam-dalam, seakan ada hal buruk yang akan terjadi. "Iya, soalnya tadi aku datang telat" jawabnya berusaha tenang.

Anak yang berdiri di tengah langsung melangkah 4 langkah sembari menatap anak polos itu dengan tatapan remeh, "Ello sengajakan, datang telat biar engga bayar uang malak-kan?" Tanyanya dengan leher di miringkan sedikit.

"Lah, kok bisa tau?" Pikirnya dengan ekspresi khawatir. "En-en-engga ko" jawabnya mengelak.

"Alasan" sergah anak laki-laki itu yang berdiri paling depan dan posisinya bagian tengah. Setelahnya, ia langsung memberikan kode kepada ke2 temannya untuk menggeledah tas anak polos itu.

Dengan senyuman jahat, ke dua temannya langsung berjalan lantas menggiring anak polos itu, ke dekat tiang halte untuk menyandarkan anak polos itu dengan paksa, sembari merogok saku baju dan celananya dengan kasar, serta tas yang di ambil paksa lalu di geledah dengan brutal yang membuat buku dan alat tulis anak laki-laki polos itu rusak.

Berteriak dengan kencang, melakukan pembelaan, mengelak dengan cara memberontak dengan sekuat tenaga agar bisa melepaskan diri, namun tak membuahkan hasil. Sekarang anak polos-berlesung pipi itu hanya menangis dengan kencang, sembari menatap buku, peralatan menulis, dan tasnya di injak-injak oleh ke dua manusia tak punya hati itu, sembari beralih menatap kertas yang masih berada di tangannya, namun sudah terlihat lusuh, tapi syukurnya masih utuh.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang