chapter 60

218 13 2
                                    

اَلسَّلَامُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Vote and Komen

Happy reading

Lima hari berlalu...

Suram, senyap, sunyi, kelabu itu sepertinya cukup menggambarkan perasaan Sera, selama lima hari ini ia habiskan dirumah sakit. Menemani putra dan suaminya yang terbaring koma, sampai saat ini belum ada tanda jika Arkan dan Daffa akan sadar. Keduanya terlihat kompak membuat Sera menangis dan cemas.

Saat ini wanita paruh baya itu tangeh duduk atas sajadah menengadahkan tangan tanpa mengucapkan sesuatu, ia nampak terdiam dengan air mata yang terus berjatuhan. Tak ada yang bisa menjelaskan perasaannya saat ini karena kedua cintanya tengah berbaring dan sama-sama berjuang untuk hidup.

Ia menarik tangannya lalu menopang wajahnya dengan tubuh bergetar hebat. "Hiks... hiks.. hiks.." Hanya suara tangis yang ada pada sin kali ini. "Tanpa berucap engkau sudah tau apa yang ku inginkan ya Allah!" ngadunya dengan berbisik kepada sang pencipta.

Sera mengusap matanya yang tak pernah henti-hentinya mengeluarkan air mata, seolah di sana adalah mata air tak ada habisnya.

~~~~~~

Setelah beribadah, Sera berjalan menuju ke ruangan ICU untuk melihat kondisi putranya. Tapi, dari jendela kaca ia melihat Dokter tengah memeriksa keadaan Arkan, sehingga ia mengurungkan niatnya tersebut.

"Farrel harus kuat yah." Lirihnya yang masih memandangi putranya yang tengah berbaring di dalam sana.

Setelah memeriksa keadaan Arkan, Dokter keluar dengan tatapan keluh serta mata yang agak memerah. Ia membuka masker dan kaos tangan yang ia kenakan.

Melihat pintu ruangan ICU terbuka, Sera buru-buru menghampiri Dokter tersebut. "Bagimana keadaan anak saya Dokter?"

Dokter muda yang pernah merawat Arkan ditempo hari pasca setelah dibenturkan oleh Daffa-nampak terdiam, seolah ada makna dari tingkahnya itu. "Bagimana kalo kita duduk dulu Bu," Ajaknya sambil melirik kursi aluminium lalu berjalan duluan ke arah yang ditujuh.

Sera mematuhi dan ikut duduk di samping Dokter tersebut.

Dokter pria itu nampak bingung untuk menjelaskan kondisi pasiennya itu. "Kondisi Arkan saat ini__" Ia menggantung ucapanya sambil menggeleng-seolah tak mampu melanjutkan kalimatnya, karena merasa kasihan dengan posisi Sera.

"Kenapa Dok?" Tanya Sera dengan mata sembab dan wajah cemas.

"Otaknya sudah tak bekerja atau istilahnya mati otak. Dimana Pasien tidak akan pernah sadar karena otak sudah tak bisa mengatur fungsi berbagai sistem organ tubuh." Jelas Dokter itu dengan tatapan iba.

Deg

Mendengar itu Sera nampak kaget, matanya terbelalak dengan air mata yang menetes tanpa permisi. "Ini tak mungkin Dok!"

"Ini semua karena Pasien sebelumnya pernah mendapatkan benturan keras dan ternyata itu juga berefek, ditambah kecelakaan ini yang membuat trauma atau cedera otak yang cukup parah."

Dari sini kita dapat simpulkan, ternyata selama ini, pusing yang dirasakan Arkan bukan pusing sembarang melainkan penyakit yang cukup mengkhawatirkan.

Sera menelan ludahnya dengan kasar. "Apa tak ada jalan keluar? berobat diluar Negeri, Terapi, Oprasi, Atau obat apapun itu Dok?" Tanyanya seolah berharap agar putranya disembuhkan. Masalah uang bukan kendala baginya, ia rela melakukan hal apapun itu demi kesembuhan si sulung.

"Mati otak tidak memiliki kesempatan untuk pulih Bu. Sel otak tak bisa bergenerasi. Dengan kata lain, orang yang mengalami mati otak bisa dinyatakan sudah meninggal secara medis." Lanjut Dokter itu terdengar sesak.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang