chapter 44

220 18 44
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Vote, and Comen

Tandai typo.

Happy reading



Bara dan semua anggota gengnya sedang berkumpul untuk mendiskusikan tentang penyerangan di markas geng bruises meja kayu tua sebagai pusat dan saksi bisu mengenai perancangan penyerangan itu.

Bara dengan ekspresi dinginnya mengatur susunan penyerangan, ia harus menyusun seteliti mungkin, mengingat anggota geng lawannya itu cukup banyak.

"Kita menyerang markasnya sekitar jam delapan pagi, karena waktu seperti itu rentang!" Bara menjelaskan.

"Kenapa harus jam segitu bos? Kan kita mau ke sekolah? Lagian di sana pasti yang kumpul cuman sedikit!" Tanya Anggota geng Dementor yang belum terlalu paham dengan penjelasan ketuanya.

Bara membuang nafas gusar, ia cukup malas untuk menjelaskan sesuatu berbelit-belit.

Melihat Ekspresi sang ketua yang semakin marah, kompak semua anggota geng Dementor melototkan matanya kepada salah seorang yang melemparkan pertanyaan sebelumnya. Seketika itu juga yang jadi pusat, tersenyum celingak-celinguk, lalu mengangguk, "gw paham kok, he-he-he." Ujarnya dengan ekspresi takut, dan tawa garing.

"Udah lanjut!" Bara kembali memerhatikan selembaran kertas rocetannya yang ada di atas meja tua.

"BARA!" Nadia berseru, sambil menghentikan larinya.

Sontak tatapan geng Dementor menoleh ke arah gadis yang nampak panik.

Bara berdiri-menghampiri gadis itu, "kenapa? Lo ngapain ke sini? Semalam engga lecek kan?" Tanya-nya terlihat khawatir, sambil mengecek lengan pacarnya.

Nadia memegang tangan Bara, "Bar, Lo pasti ngerencanain sesuatu buat balas dendam di geng bruiser kan?" Tanyanya sembari menatap manik mata pacarnya.

"Iyah, gw engga terima kalo ratu gw di ganggu sama mereka." Tegas Bara.

Melihat ekspresi Bara yang nampak serius, Nadia menyunggingkan senyuman menggoda, "kok Lo lebay gini sih? Gw engga kenapa-kenapa, cuman kesenggol dikit." Nadia tertawa renyah.

"Hei!" Bara mengerutkan keningnya, sembari menangkup wajah gadis kecil itu, "tapi kalo gw biarin, mereka bakalan ngelunjak, dan memandang kita rendah!" Tegas Bara.

Nadia tersenyum tipis, "iya gw ngerti! Tapi kita lihat aja dulu, kalo memang semakin ngelunjak baru kita ladenin." Jawab gadis itu yang membuat Bara tenang.

"Oke!" ujar Bara dengan senyuman tipis.

"Jadi penyerangnya di batalin bos?" Tanya salah seorang anggota geng Dementor yang di sapa Aris.

"Iya!" jawab Nadia sambil menoleh ke arah Anggota geng Dementor lainnya.

"Yah berarti rugi dong gw bongkar subuh-subuh sepeda adik gw buat ambil rantenya." Balas Aris kembali.

"Rante sepeda buat apaan?" Tanya Nadia bingung.

"Buat ngeratain lawan lah Bu bos!" Jawab Aris dengan wajah tengil.

"Owww, By the way Adlar mana?" Nadia kembali bertanya dengan sorot mata mencari.

Bara nampak salah tingkah, ia mengusap lehernya sambil berpikir, "emmm Nad udah jam tujuh pas, kita ke sekolah yuk!" Ajaknya mengalihkan pembicaraan.

Nadia dengan ragu mengangguk samar, "oke, tapi jawab dulu pertanyaan gw! Adlar mana?" Ia kembali bertanya.

"Ada, tapi.... Emmm nanti gw ceritain di jalanan!" Bara berusaha mengalihkan pembicaraan, sambil menarik pacarnya pergi.



ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang