chapter 36

216 20 22
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu...

Vote terlebih dahulu dan sepihkan komentar di sela-sela membaca.

Tandai Typo 🙏

❤️Happy reading ❤️

Memakan waktu lebih seminggu, akhirnya Aksa bisa kembali menginjak sekolah. Ia bisa kembali berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Dan kini ia tengah berjalan dengan rombongannya yaitu Danish, Daniyal dan Cemal. Sembari memantau Arkan dari kejauhan.

Terlihat orang yang di pantau, nampak tengah berbincang-bincang dengan Rafa-si ketua kelas, sambil berjalan-jalan santai. Dan pada akhirnya, Arkan berbelok ke arah toilet sekolah.

"Kesempatan nih." ujar Daniyal seraya ikut mengendap-endap masuk ke arah toilet.

Mereka berempat masuk dengan langkah pelan dan berjejer. "Sa Lo bawa yang gw suruh semalam kan?" Tanya Daniyal dengan tatapan berfokus ke depan-mengamati pergerakan Arkan, termasuk memasuki bilik toilet. Terlihat toilet sangat sepi, dan hanya di huni oleh mereka. Mungkin ada beberapa orang di dalam bilik.

Aksa mengambil sesuatu dari dalam sakunya yakni sapu tangan, lalu menyerahkannya ke Daniyal.

Daniyal meraih yang di serahkan oleh Aksa  seraya mengendus-endus benda itu, "eh baunya, kek bau kakek-kakek, bau balsem." Protes Daniyal seraya mencium-kan benda itu di hidung Danish dan Cemal.

Cemal bergidik, "iya ih."

Aksa menggaruk tengkuknya-cengengesan, "aja adem gitu, gw soalnya suka kek gituan bau." (soalnya gw suka bau kek gituan, adem aja gitu) Ucapnya.

Cemal berdengus, "maklum remaja jompo." Ledeknya.

"Udah, fokus!" Danish mengangkat suara karena merasa risih dengan percakapan mereka bertiga.

Mereka berempat pun, mengambil posisi masing-masing-tepat di depan bilik WC-tempat Arkan membuang air, Danish dan Aksa di bagian sebelah kanan pintu, sedangkan di sebelah kiri Cemal dan Daniyal.

"Mal, obat bius-nya mana? Tadi gw ngasih ke lo." Tanya Daniyal berbisik.

Cemal menepuk dahinya, "oh iya, gw lupa. Tadi gw titip di Kiana. Terus si Kiana masuk kelas deh." Jawabnya.

"Sialan, terus kita pake apa? Buat bias Arkan?" Tanya Daniyal dengan perasaan gondok.

Cemal terdiam, sembari berpikir. "Oh gw tau!" Ujarnya tiba-tiba, "tunggu dulu Arkan keluar! Tapi ini keknya engga terlalu berpengaruh sih, tapi lumayan lah." Sambungnya seraya menukar posisi dengan Daniyal.

"Pake apaan?" Tanya Daniyal.

"Udah diam aja!"

Klekkk...

hadle pintu berbunyi, buru-buru Cemal langsung mengeluarkan gas alami dari perutnya, sambil menempelkan sapu tangan itu di bagian pantatnya. Kemudian dengan spontan menempelkannya di hidung Arkan. Pergerakan yang cukup gesit.

"EMMMMMM"

Dengan gerakan cepat, Cemal langsung menahan tubuh Arkan yang di bantu oleh Danish, lalu menyeretnya kembali masuk ke bilik toilet. Kini mereka berlima tengah berada di dalam bilik yang luasnya satu kali satu meter, sehingga mau tidak mau mereka berlima terhimpit satu sama lain.

Arkan yang terduduk di dudukan kloset, langsung menepis kasar tangan Cemal. Wajah pemudah itu memerah. "Kalian ngapain?" Sinis-nya.

Daniyal menggeram, "Lo kenapa sih Ar? Semenjak kita ngerjain Adla, kok Lo ngejauh dari kita?"  Sergahnya dengan Nada yang sedikit di besarkan.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang