chapter 52

114 16 2
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu.

Aku nongol lagi nih! Hehehehe 🙏

Yuk di baca lagi, mumpung malam Minggu, Awok-awok 😅

Vote terlebih dahulu yah zeyeng....

Dan komen atuh, biar cerita ini ada pernak-pernik-nya dikit 😌

🗡️Happy reading🗡️

Nenek Fatimah menggesek kartu, lalu membuka pintu apartemen. "Pak, kopernya di taro sebelah sana yah!" Tunjuk-nya yang mengarah ke sebelah sofa.

Pak sopir pun masuk, sambil menyeret dua koper kearah yang di tunjuk wanita langsia itu.

"Makasih yah pak!" Ucap Nenek Fatimah dengan senyuman hangat.

"Iyah Bu, sama-sama!" Balas pak sopir lalu pergi meninggalkan nenek Fatimah dan sepasang remaja itu.

"Farrel silahkan masuk sayang! ini tempat baru kamu." Lanjut sang Nenek sembari memberikan ruang untuk Arkan masuk.

"Assalamu 'alaina wa 'ala 'ibadillahis shalihin!" Tutunya lalu masuk di tempat yang tak berpenghuni itu.

Nenek Fatimah ikut masuk, "ini tempat baru kamu Farrel, semoga nyaman yah!"

Arkan menatap setiap sudut ruangan itu, tatapan-nya buram, ditambah kepala yang serasa berat. Mungkin efek kejadian dibeberapa hari yang lalu. Ia mendudukkan tubuhnya di sofa sembari menyenderkan kepalanya.

Nadia yang sedari terdiam, nampak berdiri di belakang sofa, sambil menyimak. Sepertinya saat ini, ia tidak mau ikut campur dengan pembahasan antara kedua orang itu, kecuali jika di tanya.

"Kamu bisa kan hidup sendiri di sini?" Tanya sang Nenek seraya duduk disamping cucunya. "Kalo mau, nenek bisa temenin kamu kok di sini, yah... minimal sampai kamu pulih kembali!" Sambungnya sambil mengusap bahu cucunya.

Arkan yang memijat pangkal hidung-nya, melirik Nenek Fatimah. "enggak-enggak, aku bisa hidup sendiri kok. Aku enggak mau kalo nenek kerepotan di sini! Nenek engga usah khawatir yah!" Tuturnya meyakinkan, lalu mengecup dahi Neneknya.

"Tapi nenek engga tega Farrel!" Nenek Fatimah menggenggam tangan cucunya. Ia begitu khawatir dengan kondisi anak dari putra semata wayangnya itu.

Arkan memperbaiki posisinya, "aku baik-baik aja, aku bisa sendiri! Dokter bilang aku engga kenapa-kenapa. besok, aku udah mau masuk sekolah, nenek engga usah cemas!" Tegasnya berusaha meyakinkan, lalu mengecup tangan neneknya.

Nenek Fatimah, mengangguk, dan berusaha percaya akan kalimat cucu kesayangan-nya itu, "kalo gitu, nenek juga mau pulang ke Bandung!" Ujarnya lalu memeluk remaja itu dengan penuh kehangatan. Setelahnya, ia berdiri.

Arkan ikut berdiri, mengantarkan Neneknya ke depan pintu.

"Kamu baik-baik di sini!" Nenek Fatimah mengusap pipi Arkan, yang saat ini keduanya tengah berada di depan pintu. "oww Iyah hampir aja kelupaan!" Ujarnya sambil mengotak-atik tas jinjing-nya, lalu kemudian menyerahkan credit cart ke Cucunya itu. "Nih buat kamu!"

Arkan menggeleng, sembari menahan benda itu, "engga, aku engga mau!" Tolaknya mentah-mentah.

"Farrel! apa maksud kamu nolak ini? Memang kamu punya uang sendiri?" Nenek Fatimah mengerutkan keningnya.

Arkan menggeleng, "nanti aku bisa cari kerja! Aku harus mandiri!" Jawabnya.

"Iyah! tapi nanti, setelah kamu udah lulus kuliah, untuk saat ini, nenek engga mau kalo kamu kerja, kamu fokus aja sama sekolah kamu!" Tegas Nenek Fatimah, sembari memaksa Arkan mengambil kartu itu, lalu pergi dengan sedikit emosional.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang