chapter 3

1K 190 109
                                    

Assalamu'alaikum wr wb...
Saudaraku, Sahabatku yg tercinta....
Tak ada gading yg tak retak, tak ada kaca yg tak buram.
Begitupun saya yg tak luput dari kesalahan dan kekhilafan.
Untuk itu...
Sebelum bulan Ramadhan tiba. Mohon Maaf Lahir dan Bathin, dari segala tutur kata serta canda gurau yg mungkin kurang berkenan. Semoga di bulan yg penuh berkah dan ampunan ini dosa2 kita diampuni dan selalu mendapatkan keberkahan.
Mari kita sambut bulan suci ini dengan saling memaafkan diantara kita.
Marhaban Yaa Ramadhan, Mohon Maaf Lahir dan Bathin🙏😊

Lamaaaaaaaaaaaaaaa buanget engga pernah up.

Aku minta maaf ya guys

______________________________________

🍁Seperti biasa vote terlebih dahulu ya 🍁

🌷Dan jangan lupa komen🌷

😌Dan kalo ada typo langsung komen biar aku perbaiki😌

🍒Happy reading🍒

🥬

🥬

Selesai memakai seragam sekolah yang di berikan oleh Daffa, dan memasukkan alat tulis menulis serta  beberapa buku di tasnya, Arkan langsung berjalan dengan buru-buru, ke arah meja makan untuk menemui Daffa, dengan maksud untuk bertanya alamat serta nama sekolah barunya, dan kalau bisa ia mau nebeng sama papanya untuk berangkat bersama, tapi sepertinya itu mustahil.

Tiba-tiba langkah Arkan melambat, ia tak boleh berharap seperti ini, "gw harus tau diri, gw engga seperti Aldo Yang selalu di bangga-banggakan oleh papa Karna memiliki nilai Akademik tertinggi di sekolahnya, dan gw  engga  seperti Kevin yang memiliki pemikiran jenius dan cerdik di usianya yang masih muda, dan gw engga  seperti Bella yang harus selalu menjadi pusat kasih sayang semua orang karna anak perempuan semata wayang di keluarga Pradipta" Pikir Arkan  yang membuatnya menghembuskan nafas lesuh.  Jujur saja Arkan begitu iri dengan dengan ke tiga adiknya.

Dengan langkah yang begitu lemah, serta lamunan yang bergejolak di kepalanya, Arkan tak sadar kalo dirinya sudah sampai di lantai dasar.

Sesampainya di sana, Arkan melirik sekilas ke arah meja makan, nampak di sana tinggal Aldo yang tengah menyantap makanannya dengan wajah suntuk, dan yang pasti gayanya sudah berubah, kaca mata hitam yang tadinya bergantung di kancing bajunya sudah tak terlihat, sedangkan rambutnya sudah tak semengkilat seperti sebelumnya, dan  parfum Yang tadinya menyengat   pun sudah tak berbau.

"Aldo, papa mana?" Tanya Arkan  yang berdiri di depan tangga.

Aldo melirik Arkan malas,  "udah berangkat sama Kevin, " jawabnya  dengan nada datar.

"Kalo bunda?"

"Di dapur" jawab Aldo dengan mimik wajah tak bersahabat.

Sera  keluar dari dapur sambil memegang  kemoceng di tangannya, sembari bersiap untuk membersihkan setiap sudut rumah mewahnya,  karna di rumah yang berlantai 3 milik keluarga Pradipta itu , tak memiliki  asisten rumah tangga sehingga Sera harus memeras keringat untuk membersihkan kediamannya yang megah itu. Tetapi itu adalah permintaan Sera, baginya tugas membersihkan rumah dan melayani keluarga adalah kewajiban ia sebagai seorang istri dan seorang ibu.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang