chapter 20

327 30 24
                                    

Assalamualaikum guys-guys ku

Sebelum membaca, jangan lupa vote-nya😚😘

Terus sepih-sepihkan komen dong satu atau dua kek. biar aku senyum-senyum sembringan.😊😂

Kalo ada typo mohon di tandai...

🧹 HAPPY READING🧹

Berjalan 3 jam lebih, akhirnya mereka berlima selesai mengerjakan tugas mereka masing-masing.

Danish yang selesai membersihkan Dapur dan toilet sampai mengkilat, langsung berjalan ke arah ruang tamu lalu membaringkan tubuhnya di lantai. setelahnya datang Daniyal dengan jalan sempoyongan lalu ikut membaringkan tubuhnya di perut saudara kembarnya. "Sumpah capek banget" ngadunya dengan nafas setengah, lalu menutup matanya.

Cemal yang membawa keranjang besar-bekas tempat cucian yang basah, juga ikut mendudukkan tubuhnya, "Ma-ma-kasih ya guys udah bantuin" ucapnya dengan lelah lalu terduduk didekat sofa, seraya menyandarkan tubuhnya. Arkan dengan hidung memerah akibat jepitan cucian yang sedari tadi ia jepitkan di hidupnya serta langkah lambat, langsung ikut terduduk dengan kaki yang ia luruskan tepat di samping Daniyal, dan tak lupa tangan yang ia jadikan penopang. "Lo udah ngepel Ar?" Tanya Daniyal dengan suara berat.

"Iya, semua udah gw pel dari rak guci, sama guci-gucinnya sekalian, plus semua lantai ruangan yang ada di rumah ini" jelas Arkan lalu berbaring.

Aksa berjalan sempoyongan seraya memegang kepalanya yang seraya pening karena efek kepanasan dari luar sana, serta hidung yang mengeluarkan cairan merah. Ia melangkah ke arah Cemal lalu menyandarkan tubuhnya di bahu kanan Cemal. Kemudian mengusap kasar hidungnya untuk menghapus cairan kental itu.

Tanpa terasa mereka terlelap, dan menggiring kemimpi satu sama lain.

"assalamualaikum" ucap seorang gadis yang usianya berkisaran 20 tahun dengan senyuman tipis dan tak lupa hijab yang terpasang di kepalanya.

Cemal membuka matanya, setelah mendengar ucapan salam, "eh Dinar, Lo udah balik dari kampus? tumben cepet?" Tanyanya dengan mata memerah ala-ala orang habis tidur.

"Iya mal, soalnya tadi mommy nelfon aku, katanya sebentar Kiana bakalan datang!" Jawabannya seraya meletakkan tas dan leptopnya di atas meja ruang tamu.

"Owww" Jawab Cemal tak acuh.

Dinar menatap sekelilingnya yang nampak begitu bersih dan mengkilat. "Yang bersihin ini semua siapa?" Tanyanya dengan mata yang nampak sedikit terkejut.

"Temen-temen gw" jawab Cemal dengan sesekali meregangkan otot-ototnya. "Lo bawa makanan engga? Liat tuh anaknya orang udah bantuin kita tapi engga di kasi makanan" lanjut Cemal seraya menatap semua teman-temannya yang nampak tergeletak di lantai, serta tak sadarkan diri.

"Iya, bentar aku pesanin!" jawab Dinar dengan lemah lembut, seraya mengotak-atik handphonenya untuk memesan makanan.

Cemal menguap, karena rasa kantuk yang masih menguasai dirinya. Lalu menoleh menatap Aksa yang nampak molor di bahunya serta darah yang sedikit mengering di area hidung. "Sa bangun!" Titahnya seraya menggoyang-goyangkan bahunya.

Aksa membuka kelopak matanya, dengan mata yang agak kemerah-merahan. "heeeemmmm" raungnya seraya meregangkan otot-ototnya.

Allahuakbar... Allahuakbar...

Sontak Arkan langsung terbangun pasca azan berkumandang, "HEH... udah Zuhur" ucapnya dengan refleks.

Cemal, Dinar dan Aksa nampak tegang, seraya memerhatikan Arkan, "Heh, gw tau ini Udah Zuhur, tapi jangan keserpan juga dong" protes Cemal dengan ekspresi yang masih sama.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang