chapter 54

110 13 2
                                    

🍨Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu...🍨

Nih aku up lagi...

Vote and komen....

😘Happy reading😘

🍨

🍨

🍨

Arkan dan Nadia berbelanja di toko swalayan, nampak keduanya begitu harmonis, si suami mendorong troli belanja, sedangkan si Istri memilih bahan-bahan makanan.

Arkan tersenyum tipis, menatap setiap gerak-gerik Nadia yang nampak tengah memilih buah apel.

"Ar, ini beli berapa?" Tanya Nadia meminta pendapat.

Arkan mengacungkan bahunya, "terserah!" Jawabnya yang di Balas dengan gerakan alis oleh sang istri.

Memakan waktu sekitar satu jam lebih, Akhirnya Kedua pasangan itu selesai berbelanja. Arkan yang membawa dua paper bag, dan Nadia membawa satu paper bag.

"Gw kira, ATM yang di kasi nenek Fatimah engga mau di pake?" Sindir Nadia dengan senyuman meledek.

Kini keduanya sedang berjalan di pinggir jalan.

Arkan tertawa kecil, "iya nih, tapi Nenek Fatimah ngancam gw! Dan Uang yang ada di ATM ini harus berkurang setiap harinya!" Jelasnya.

"Enak juga yah! Tapi salut sih sama Lo yang hidup mewah tapi tetap menerapkan kesederhanaan dan engga gila-gilaan banget sama yang namanya uang!" Puji Nadia dengan senyuman miring.

Arkan menyengir, "udah lah, engga usah di puji!" Tuturnya.

Nadia melirik suaminya yang nampak senyum-senyum Sembringan, "Aaaa, salting nie!" Godanya sambil menyenggol Arkan.

Si suami pun membalas senggolan Nadia, "engga!" Cicitnya dengan wajah yang menahan tawa.

"Masa?" Ledek si istri sambil membalas senggolan Arkan yang lebih kencang.

Tawa Arkan pecah, ia balik membalas senggolan Nadia yang lebih kencang.

Brakk

Nadia tersungkur direrumputan tepat pinggiran trotoar "NADIA!" Pekik Arkan sembari menurunkan belanjaan-nya. Lantas buru-buru menarik gadisnya yang nampak tak bergerak sama sekali.

Nadia terbangun, dengan mimik datar. Sementara suaminya terlihat cemas sembari memeriksa bagian tubuh istrinya. "Maaf Nad, yang sakit bagian mana?" Tanyanya terlihat rusuh.

Nadia menghempaskan tangan Arkan, lalu memeluk lututnya. Dari tampangnya saja sudah kentara akan emosi yang bergejolak didalam sana.

Arkan yang tak tahu harus apa memegang tangan Nadia, "Pliss maafin gw!" Rengeknya. "Nad, Nad!" Sambungnya sambil menggoyangkan tangan istri-nya.

Nadia melepaskan tangannya dari genggaman Arkan, "gw itu kesel, kenapa sih pas adegan romantis pasti ada-ada aja apesnya. Tadi di lift, sekarang di pinggir taman!" Jelasnya lalu berdiri seraya mengambil paper bag-nya. Kemudian berjalan meninggalkan Arkan.

Pria yang berstatus sebagai suami itu, nampak bingung, "ini sebenarnya yang mau di salah-in siapa sih?" Tanyanya lalu mengambil kedua paper bag belanjanya, sembari berlari kecil untuk mendekati Nadia. "NAD, GW MINTA MAAF!" teriaknya kemudian yang berada tepat di belakang Nadia.

Si istri berbalik, dengan ekspresi mematikan.

Arkan menyamaratakan langkahnya dengan Nadia, "Masa Lo marah sih, padahal kan baru aja kita baik-baikan!" Cibirnya dengan wajah memelas namun tak mendapatkan responan. "Lo jarang makan ya Nad?" Tanyanya tiba-tiba dan diluar topik.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang