chapter 53

93 10 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu....

Nih muncul lagi...

Vote and comen

Jangan jadi pembaca gelap...

Gas baca....

🗡Happy reading 🗡️



"akhirnya ulangan selesai juga yah Nad!" Ucap Arkan lega, seraya meletakkan tasnya di atas sofa, sembari melepaskan ikatan dasinya.

"Emm." Nadia dengan mimik biasa, melangkah ke arah dapur, untuk mengambil minum.

Arkan dengan mood yang baik, berjalan mendekati sang istri, "ada jus jeruk engga Nad?" Tanyanya mempersiapkan gelas.

Nadia yang mengecek Kulkas. "engga ada!" Ucapnya lalu menutup pintu kulkas. "Isi kulkas habis, kita harus pergi belanja!" Ajaknya dengan mimik datar.

Arkan menarik kedua sudut bibirnya, "yaudah ayok!" Responnya kepada Nadia yang nampak meminum air mineral di depan wastafel tempat cuci piring.

Setelah minum, gadis itu mengikat rambut-nya, "btw kita udah ulangan, kapan Lo mau tindaki prablem Lo itu!" Nadia menagih kalimat suaminya di tempo hari.

Arkan yang berdiri disamping Nadia nampak menahan kesakitan di area kepalanya, "gw engga tau harus selesaikan yang mana dulu Nad? Masalah gw banyak banget, semua rumit untuk di selesaikan!" Balasnya terdengar bingung.

Nadia menatap kesal ke arah suaminya yang sedang memijat pangkal hidung-nya itu. "Isyyyy, tolol, goblok, idiot, kang plimplang. Pantes bokap membenci lo!" Hardiknya.

Arkan tertegun, "Iyah! bokap sama gw membenci orang yang sama!" Gumamnya lalu pergi memasuki toilet.

Mendengar responan suaminya, Nadia merasa bersalah. Ia menatap nanar pintu toilet. "Pertama kalinya gw sesalin kalimat gw sendiri!" Ujarnya terdengar samar, lantas menggigit bibir bawahnya.

Sedangkan orang di balik sana, nampak begitu kesakitan, ia terduduk di kolong meja wastafel, sambil menyandarkan dirinya di tembok. "Kok sakitnya engga kekontrol!" Ujarnya sembari meremas kuat kepalanya. "Kata dokter gw baik-baik aja, tapi kok sakitnya setengah mati yah, sumpah!" Lanjut-nya berusaha melawan rasa sakit itu.

Ia berdiri dengan kesusahan, sembari berusaha keras untuk menggapai rak gantung mini yang berisi obat-obatan. Kemudian mengambil obat peredang nyeri yang di berikan oleh dokter di Tempo hari.

Setelahnya, lelaki itu, kembali ke posisi awalnya.

_____ARKAN_____

"Udah seminggu kita engga pernah ngobrol sama Arkan!" Ujar Danish yang sedang memainkan bola basket dengan pantulan kecil.

Daniyal Yang sedang menggeser-geser layar handphonenya, melirik tak peduli pada saudara kembarnya, "bodo amat sih!" Kelakarnya.

Saat ini posisi keduanya sedang berada di kamar. Danish tengah terduduk dipinggiran kasur, sedangkan Daniyal berbaring ditempat tidur.

"kok lo bisa sih bilang kek gitu?" Respon Danish sambil memainkan bola basket. "Lo seakan buta siapa itu Arkan, kita kenal Arkan udah lama! Mustahil dia melakukan itu!" Peringkatnya.

Daniyal terbangun, dan duduk di samping Danish. Dari wajahnya begitu kusut dan ditekuk. "Justru itu, kita buta dengan sikap polosnya, seolah dia itu baik, polos. Alahhhh, Dia itu tukang munafik!" Hardiknya.

Terlihat pria itu begitu sengsi jika topik pembahasan-nya adalah Arkan.

Mendengar kalimat saudara kembarnya, Danish membuang bola basket yang ia mainkan ke arah lain. "Jaga ucapan Lo Niyal!" Peringatnya dengan tatapan tajam yang ia berikan ke Daniyal.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang