chapter 21

280 25 53
                                    


ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATU.

Bantu share cerita ini ya biar makin rame....

Tandai Typo....

Vote and comen....

❤️Happy reading ❤️

Daffa melirik sinis ke arah putra sulungnya yang nampak mematung di pintu, "dari mana kamu?" Tanyanya terdengar datar dengan wajah tak bersahabat.

Arkan menatap papanya dengan tatapan kaku. "dari di rumah Cemal pah, buat bantuin dia beresin rumahnya" jawab Arkan dengan nada biasa.

Daffa membuang nafas berat, lalu berdiri dari duduknya lantas menghampiri Arkan. Terus kenapa sampai jam segini? Mana engga ada kabar lagi" gondoknya dengan tatapan dingin.

"Karena tadi di tengah perjalanan mobil-nya Danish dan Daniyal mogok, terus hp aku bat__"

Bugh....

Ucap Arkan tergantung, karena mendapatkan sebuah tinjukan keras dari sang ayah. Pria remaja berlesung pipi itu, langsung memalingkan wajahnya.

Sementara Bara dan Aldo langsung tersenyum tipis, bercampur ngeri, karena melihat adegan yang terjadi di hadapannya.

"Kamu tu yah, kerjaannya jawab terus kalo di kasih tau" hardik Daffa dengan ekspresi yang masih sama.

Arkan mengelus pipinya Yang serasa sakit, serta mata Yang sedikit berkaca-kaca. Ia merasa campur aduk antara sakit dan malu, karena di perlakukan tak layak di hadapan Bara dan Aldo.

"Dasar anak tak tahu aturan. Seandainya saya bisa memilih anak, mungkin saya tak akan memilih kamu! Saya akan lebih memilih Bara dari pada kamu." gerutunya seraya menunjuk Arkan dengan tatapan jijik.

Bara tersenyum simpul, lalu berdiri, "pah jangan gitu! Jangan kasarin si Arkan dong pah, dia pasti capek." ucapnya dengan tatapan iba yang ia lemparkan ke arah Arkan, dengan tangan yang memegang kedua bahu Daffa.

Arkan mendongak menatap Bara, pasca setelah mendengar sebutan 'papa' dari mulut penjilat itu.

Arkan berjalan pergi meninggalkan tempatnya, dengan perasaan yang begitu hancur. Sebisa mungkin ia harus menahan amarahnya, jangan sampai perkataannya membuat Daffa tambah benci padanya.

"SAYA BELUM SELESAI BERBICARA FARREL ARKAN PRADIPTA! " ucap Daffa dengan suara lantang serta penekanan di setiap katanya.

Dengan air mata yang sudah menetes, Arkan mempercepat langkahnya, menuju kamar. Tangisnya kini tak tertahan ia ingin menumpahkan keluh kesahnya di ruangan itu.

Sesampainya di kamar. Arkan langsung mengunci pintu, lalu membanting tasnya di lantai. "ARGGGGGGGHH" Pekiknya di ruangan yang kedap suara, sambil menyandarkan tubuhnya di balik pintu, lalu dengan perlahan ia terduduk di lantai. "Bara gw engga tau, gw punya salah apa sama Lo sampai-sampai Lo hancurin hidup gw, Lo rebut Bokap gw, sampai-sampai bokap gw melihat anak sulungnya dengan tatapan jijik" rintihnya dengan sedikit gemetar.

"Hiks...hiks...hiks..." Tangisnya.

Dengan mata yang membengkak Dan memerah, serta berair, Arkan mengambil tasnya dengan jarak yang dekat dengan posisinya. Setelahnya ia merogok benda itu untuk mengambil selembar foto. "Nek a-aku kangen" lirihnya dengan tangisan.

"Aku capek nek... Aku capek... Apa-apa yang aku lakuin pasti salah di mata papa" Lirihnya seraya menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya.

"Dah, papa pergi dulu ya! Kalian jangan nakal-nakal sama Abang Bara!" Ucap Daffa yang berada di depan rumah-bersiap untuk memasuki mobil.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang