chapter 58

160 13 0
                                    

اَلسَّلَامُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Vote and Comen

Happy reading

Nadia dan Arkan tengah berada di tepi danau sambil menikmati angin sepoi, menyaksikan ranting pohon yang menari-nari, mendengarkan alunan kicauan burung yang syahdu.

Posisinya saat ini, Arkan tengah berbaring direrumputan sambil memerhatikan Nadia yang sedang berdiri merentangkan tangannya ditepi danau. Diam-diam Arkan menggambar sketsa istrinya yang nampak merentangkan tangan sambil menikmati angin yang menerpa wajahnya.

"Janji yah Ar! Setelah ini kita ke rumah sakit!" Pintanya tanpa menatap pria yang berada di belakangnya itu.

"Siap bu Bos!" Arkan tersenyum geli.

Nadia membalikan wajahnya dengan sedikit kesal. "Ishhhh, Gw itu udah pengsium jadi ibu bos!" resahnya.

"Engga! Sekarang masih jadi ibu bos. Tapi di PT lain, dulu PT geng Dementor sekarang PT Arkan lop!" rayu Arkan yang membuat Nadia tersenyum.

Pria itu menatap istrinya dengan senyuman tipis, lalu melanjutkan coretannya.

Indah sekali senyuman itu.

Bolehkah aku memandanginya terus?

Bolehkah aku membawanya pergi?

Pertanyaannya itu muncul dengan sendirinya dibenak Arkan. Dan tanpa sadar sketsanya sudah jadi. Setelah itu, ia terbangun seraya memasukkan benda itu ke dalam tasnya. "Nad, Takdir itu lucu yah, dia meyatukan kita yang dunianya jauh berbeda!" Ucapnya kemudian seraya berdiri dan menghampiri istrinya.

"Emm! Dunia kita jauh berbeda... gw orang yang bebas, sedangkan lo orang yang tertutup! Tapi tanpa sadar lo narik gw ke dunia lo. Arkan yang lugu mampu mengubah kebiasaan buruk gw menjadi lebih baik! Yah, meski belum sepenuhnya berubah sih! Tapi, gw merasakan perubahan itu!" Jelas Nadia sambil menatap Arkan yang tengah berdiri di sampingnya.

Gadis itu tersenyum, entahlah pria di sampingnya itu begitu baik. Arkan mampu membiusnya dengan waktu yang cukup singkat. Ditambah perlakuan yang selalu sabar dalam menghadapi sikapnya yang tiba-tiba marah tak jelas.

"Makasih, setidaknya gw berguna di kehidupan lo!" Desis Arkan dengan senyuman pedih. "kalo boleh tau apa contohnya?"

"Shalat lima waktu, sebelumnya shalat gw bolong-bolong. Terus sekarang udah engga minum-minuman Alkohol lagi, Engga tawuran, engga bolos sekolah, dan sekarang udah mulai ngaji lagi!" Nadia menjelaskan dengan tatapan ke arah danau. "oww yah, satu lagi! Udah engga ngerokok, kecuali waktu itu, soalnya buat ngancam lo doang!" Lanjutnya dengan tawa sedikit kikuk.

Arkan terdiam sambil menggigit ujung jempolnya, pria itu tengah mencerna ucapan gadisnya itu. "Berarti gw sehebat itu yah, soalnya bisa ngubah lo. Tiba-tiba gw keingat sama Pak Ustadz, katanya kalo kita tidak bisa mengubah diri kita sendiri, maka Allah akan mengirimkan seseorang untuk merubah kita." Jelasnya dengan jempol yang sudah terlepas dimulutnya.

Nadia terkekeh mendengarkan kalimat suaminya, karena menurutnya kata itu begitu reality dalam hidupnya.

"Ar!" Panggilnya kemudian.

"Iyah,"

"Boleh nanya sesuatu?"

"Boleh, tanya apa?"

Nadia dengan ragu mengajukan pertanyaanya. "Kenapa lo bisa cinta sama gw?" Tanyanya tiba-tiba.

Pria itu nampak berpikir, sebenarnya ia juga bingung dengan pertanyaan ini. Dengan lugu ia menjawab. "Engga tau!"

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang