chapter 50

194 17 11
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Selamat pagi, siang, sore, malam, Para pembaca, yuk singgah dulu atuh...

Jangan lupa Vote dan Comen yah...

🌻Happy reading🌻

Jam istirahat telah tiba, semua siswa menikmati jam itu dengan berbagai aktivitas.

Nadia yang nampak luntang-lantung, tanpa teman-teman segang-nya lagi terlihat berjalan ke arah kantin, Kiana pun juga entah kemana, yang beberapa hari terakhir ini, ia absen dengan alasan  pulang ke Makassar, itulah penjelasan Cemal jika ada yang menanyakan tentang sepupunya itu.

Nadia melenggang ke tempat pesanan yang seketika di berikan ruang oleh para siswa dan siswi yang nampak mengantri sedari tadi untuk memesan makanan, meski ia bukan lagi bagian dari geng Dementor, tapi ia masih di segani di sekolah.

Gadis itu mangambil napan berisi pesanan-nya, lalu menghampiri meja yang berada di sudut-sudut yang terlihat dua orang gadis tengah terduduk di sana, tapi melihat Nadia mengincar tempat itu, kedua gadis itupun mengambil makanannya lalu pindah ke tempat lain.

Nadia terduduk dengan mimik datar, tatapan-nya kosong. Dengan pemikiran yang bergejolak, gadis itu menyuap nasi goreng-nya dengan suapan yang nampak tak nafsu.

Tiba-tiba tiga gadis datang menghampirinya, dan langsung terduduk tepat di samping kanan dan kirinya, lalu satu gadis duduk tepat di hadapannya. "Wah gw denger-denger ada yang baru putus nih!" Cicit Calaudia, yang tengah terduduk disamping kanan Nadia.

Sedangkan Nadia, ia nampak biasa-biasa saja dengan kedatangan ketiganya, meski ia sudah tau tujuan triocentil itu.

Layaknya tak ada pengganggu, gadis itu makan dengan santai.

"Iya nih!" Balas gadis yang duduk di hadapan Nadia.

Melihat Nadia tak terusik, Claudia tersenyum licik, "btw alasan Lo putus sama Bara apa ya?" Tanyanya dengan ekspresi sedikit meledek.

Nadia masih terdiam, ia mengambil tisu lalu mengusap lembut sudut bibirnya.

Sahabat Calaudia yang duduk di sebelah kiri Nadia, mengangkat suara, "apa karena Bara udah sadar kalo Lo itu BURIQ?" Cecarnya yang membuat kedua sahabatnya tertawa meledak.

Nadia dengan tenang menoleh ke sebelah kiri, "kalo wajah secantik ini aja di katain buriq, lantas bagaimana dengan Lo? Yang wajahnya di bawa standar?" Tanyanya dengan mimik datar.

Seketika mental sahabat Claudia menjadi down, "lidah Lo kurang attitude banget yah, kita ini senior loh, seharusnya Lo itu menghormati kita!" Todong seorang gadis yang duduk di hadapan Nadia.

"Oh!" Balas Nadia dengan santai. "Hormat? Yakin Lo tanyain ini ke gw? Lo aja berperilaku kek tai, tapi mau di perlakukan kek berlian mimpi loh! HAH?" Todong Nadia yang sudah mulai terpancing.

Claudia yang mendengarkan itu nampak kesal, ia mengambil kecoak yang berbungkus kresek. Lalu meletakkannya di piring Nadia dengan wajah yang nampak puas. "Makan nih!" Ujarnya mendesak.

Nadia dengan raut wajah datar, melirik Claudia dengan tatapan dingin. Lalu kemudian, ia memegang leher bagian belakang seniornya itu, dan mendorongnya dengan bringas-mendekatkan wajah Claudia di pinggir piring-nya.

Claudia memalingkan wajahnya, seraya berusaha melepaskan cekalan dari Nadia menggunakan kedua tangannya, namun dengan enteng Nadia memblokir tangan Claudia sehingga gadis itu tak mampu berbuat apa-apa.

Gadis yang duduk di sebelah kiri Nadia pun, melebarkan matanya-terheran. "Lo gila yah!" Raungnya menarik pergelangan Nadia.

"Ih lepasin!" Ujar sahabat Claudia yang duduk di depan Nadia.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang