chapter 49

170 18 14
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Huh, satu langkah lagi chapter 50🙂🙂

Yukkk di share biar rame dikit.🚀

Vote, plis... Jari-jari serasa lelah, letih lesuh ngetik part ini. 😩

Komen🌤️

Komen🌤️

Komen🌤️

🦥Happy reading🦥

"Dek, Dek!" Dokter keluar dari ruang rawat, dan langsung membangunkan Nadia yang tengah terlelap.

Gadis yang tengah bersandar di kursi Aluminium itu pun, tersentak, lalu terbangun, "eh dok!" Ucapnya lalu berdiri seraya mengusap matanya.

Dokter pria itu tersenyum tipis, "kaget yah?" Tanyanya.

Nadia tersenyum sebagai balasan. "Oww iya dok, gimana keadaannya?" Tanya Nadia yang melirik ke dalam, lewat celah pintu yang terbuka sedikit.

"Sudah siuman, tapi untuk saat ini pasien jangan terlalu di ajak komunikasi!" Jawab dokter itu dengan raut wajah serius.

"Engga ada Yang serius kan dok?" Tutur Nadia terlihat sedikit ragu.

"Sejauh ini kondisi pasien baik! Tapi kita tidak tahu kedepannya!" Balas dokter muda itu sambil memperbaiki kacamata-nya.

"Owww iya dok, makasih infonya!" Ucap Nadia yang di balas dengan anggukan dan senyuman oleh dokter itu.

Nadia berjalan lambat, memasuki ruang rawat suaminya, terlihat kepala Suaminya di lilitkan kain kasa, dan beberapa alat medis yang dikenakan seperti influs, dan alat bantu pernafasan.

Arkan yang sudah sadar, namun begitu lemas, melirik istrinya, tanpa berniat untuk menyapa, tenaganya seakan terkuras, penglihatannya tak terlalu jelas, sehingga tak begitu mengenal objek yang dia lihat. Sehingga ia memilih untuk beristirahat.

Nadia terduduk di kursi-tepi berangkas, menatap nanar suaminya, "Ar!" Panggilnya dengan lembut, seraya mengusap lembut rambut prianya. "gw dilema Ar, gw serasa campur aduk! Gw pengen ngeluh sama Ello. Tapi gw malu, soalnya beban Lo pasti lebih berat dari pada gw!" Ujarnya tanpa mengharapkan respon. "Ar, ayo dong sadar, gw pengen di nasehati, gw pengen ngeliat Lo beraktivitas kek dulu, gw pengen di perhatiin sama Lo!" Sambungnya, lalu menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.

Sedangkan Arkan, yang aktif pendengaran-nya hanya mampu menyimak, dan menyimpulkan bahwa gadis-nya itu sedang tidak baik. Yang ia lakukan saat ini hanya mendengarkan. kondisinya benar-benar sangat lemah. ia hanya membutuhkan pemulihan dan istirahat yang cukup, agar ia kembali membaik.

_____ARKAN_____


Danish dan Daniyal tengah memakai sepatu, keduanya duduk bersampingan di sofa.

Dengan jail, Daniyal membiuskan kaos kakinya di hidung Saudara kembarnya, "Enak kan Nish?" Ujarnya dengan senyuman jahil.

Danish dengan Refleks, memukul lengan saudara kembarnya, "minus attitude banget Lo!" Omelnya seraya memperbaiki letak kacamatanya.

"Iya dong latihan buat jadi karyawan di karen's dinner!" Sungut Daniyal dengan wajah jahil.

"Kalian ngapain lagi? Kerjaan-nya berantem Mulu!" Omel Sara yang datang menghampiri dengan pakaian yang nampak sudah rapi.

"Engga kok mam! Ini cuman mengasah bakat!" Ujar Daniyal cengar-cengir.

Danish melirik sinis ke arah Daniyal, "bakat yang harus di pendam!" Balasnya dengan ketus.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang