chapter 35

238 23 4
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Vote terlebih dahulu

Dan jangan lupa sepihkan komentar...

Tandai Typo!

Happy reading ❤️

Drettt drett dret

Arkan yang tengah membolak-balikkan setrika di atas ironing board. Seketika menghentikan kegiatannya, lantas meraih handphonenya yang tengah telentang di sudut ironing board. "Halo assalamualaikum," Arkan berucap sambil membaca nama yang tertera di layar hp.

"Cepatan kesini, gw tunggu! Di rumah gw." Ujar  seberang sana to the poin.

"Tapi aku lagi nyet___"

Tut Tut Tut Tut

Arkan berdengus, lalu melanjutkan menyetrika.

"Siapa?" Tanya Aldo sambil melipat pakaian yang sudah di setrika oleh Arkan.

"Nadia" jawabnya singkat tanpa menatap adiknya itu.

Aldo mengernyitkan dahi. "dia bilang apa?" Tanyanya dengan penasaran.

Arkan menghentikan kegiatannya, seraya menatap jengah ke arah Aldo, "dia nyuruh gw ke rumahnya." Balas Arkan tanpa basa-basi. seraya Memasangkan hanger ke kameja berwarna biru mudah.

"Lu jangan pergi! Liat tuh cucian masih numpuk!" Tunjuk Aldo pada cucian yang tinggal dua keranjang penuh.

"Iya Al, lagian gw malas buat keluar malam-malam" balas Arkan seraya membolak-balikkan kain yang ia gosok.

"Ekhemmm, Farrel kamu pergi deh temuin Nadia!" Ujar Sera secara tiba-tiba, yang tanpa sadar juga ikut mendengarkan perbincangan Arkan dan Aldo.

Arkan berdengus-malas, "tapi Bunda, cucian masih numpuk, di tambah ini juga udah malam banget!" Tolak Arkan dengan nada keluh yang masih nampak asik membolak-balikkan setrika.

"Masalah cucian, nanti bunda yang beresin. Kamu pergi aja! lagian ini belum malam banget kok, nih liat baru juga mau masuk jam delapan." Sera berusaha membujuk Arkan sambil memperlihatkan jam tangan yang berada di tangan kirinya.

Arkan menghentikan kegiatannya, kemudian melirik Bundanya. "Aku engga mood buat keluar malam-malam bunda" balas Arkan.

Sera menghela nafas panjang, "perkataan Bunda adalah perintah! kamu berani melanggar perintah bunda?" Tanya Sera dengan tenang. Pertanyaan ini sering kali ia jadikan tameng untuk anak-anaknya. Agar putra-putrinya selalu memahami akan  keberadaannya dan posisinya sebagai ibu dalam keluarga-yang harus di hormati dan di hargai, sebagaimana surga ada di telapak kakinya.

Mendengar kalimat yang barusan di keluarkan oleh bundanya, sontak Arkan langsung mematikan setrika. Kemudian menyalimi tangan Sera. "Aku pergi dulu ya Bunda!" Pamitnya lalu pergi.

_______ARKAN_______

Arkan mengetuk pintu kediaman istrinya sambil ngos-ngosan, "Assalamualaikum" ujarnya sembari menetralkan pernapasannya.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang