chapter 32

205 20 15
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu....

Vote and comen ❤️

Tandai Typo 🙏

Bantu share cerita ini ya sis🙏

Happy reading ❤️

Jam menunjukkan pukul dua puluh lewat dua puluh tujuh. Aldo yang berada di kamarnya memasang wajah bosan, ia meletakkan handphonenya dengan malas di atas nakas, lalu beralih mengambil buku novel yang berada di sampingnya-atas bantal.

Beberapa menit setelahnya, ia kembali meletakkan buku itu, lantas berbaring telentang, "bosan banget! Pengen tidur tapi belum ngantuk." Ujarnya seraya memikirkan sesuatu.

Beberapa menit kemudian, ia bersuara kembali. "Seru kali ya ngerjain Arkan mumpung Nadia ada!" Ucapnya dengan antusias, seraya mengambil ponselnya, lalu melenggang keluar dari kamarnya.

Aldo mengetuk pintu Arkan yang terkunci, "assalamualaikum ya ahlal qubur,"tuturnya di iringi ketukan.

Tak beberapa lama, akhirnya pintu itu terbuka yang memperlihatkan wajah lelah Arkan yang di lekati palster luka di bagian dagu dan di lehernya akibat cakaran sang istri. "waalaikumsalam, kenapa?" Tanyanya tak nafsu.

Aldo mengamati pria yang berdiri tepat di hadapannya itu dari bawah sampai atas, "habis ngapain Lo? pake baju Koko, sama sarung" Tanyanya pura-pura tidak tahu.

Arkan membuang nafas berat, lalu dengan santainya berucap, "ini, dari ngedugem" Jawabannya.

Aldo mengagguk lemah, "emmm, bini lo ada di dalem?" Tanyanya.

Arkan memasang wajah malas, "enggga ada, dia ada di kamar tamu!" Jawabnya kemudian menutup pintunya.

Aldo tersenyum misterius, kemudian berjalan ke bawah untuk menemui iparnya. Sesampainya di depan kamar Nadia, Aldo mengetuk pintu depan mesem-mesem. "Ipar bukain dong!" Ujarnya dengan  bernada.

Nadia membuka pintu dengan ekspresi dinginnya, "Hem?"

Aldo nampak tegang dengan ekspresi kakak iparnya itu, tetapi sebisa mungkin ia melegakan pernafasannya  agar terlihat santai, "gini ipar, gw tuh bawah informasi yang penting buat Lo... soalnya kalo gw engga ngomongin ini ke Lo, gw tu merasa bersalah!" Rintihnya memulai kalimat tipuannya.

Nadia membuang nafas panjang, kemudian menopang tubuhnya di ambang pintu, "Engga usah basa-basi! cepetan bilang!" Titahnya dengan nada datar.

Aldo tersenyum tertahan, "tau engga? Arkan tu sering ngomongin Lo dari belakang. Katanya Lo itu jorok, cewek goblok, Badas, prik, kalo nafas bau jigong, terus dia bilang  ketek Lo bau kutu busuk kesasar!" Ngadunya dengan kalimat yang tidak-tidak.

Sedangkan Nadia, ia mengerutkan keningnya, meskipun kalimat yang di lontarkan adik iparnya itu sulit di percaya, tapi bisa saja Arkan mengeluarkan kata-kata itu karena sudah lelah dengan tingkahnya.

Aldo yang merasa kalimatnya tidak cukup untuk memancing emosi maksimal Nadia, ia masih antusias untuk menambahkan kalimat-kalimat yang tidak benar agar iparnya itu terpancing untuk melanjutkan keributan tadi Sore yang sangat singkat itu. "terus tu ya, Arkan bilang! katanya dia tu nyesel banget nikah sama Lo. Terus dia bilang, Lo itu kek tuyul, pendek, cocoknya nikah sama gw, Eh salah maksudnya sama Kevin karena sama-sama bocil, terus dia ketawa kek orang goblok" jelasnya dengan wajah julidnya.

Nadia yang sedari tadi terdiam, menutup pintu kamarnya. Lalu berjalan dengan perasaan gondok. Benar-benar gadis itu terpancing dengan kalimat tipuan Aldo. Ia berjalan dengan nafas yang ia naik turunkan, sementara tangannya sudah terkepal kuat dan siap di layangkan ke wajah suaminya.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang