chapter 33

218 22 16
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu...

Batu share cerita ini sist

Vote and comen...

Satu vote dari kalian sangat berarti bagi aku 🌞

Tandai Typo

❤️Happy reading ❤️

Arkan memasuki kamar istrinya yang tak terkunci-dengan perasaan jengkel, ia begitu kesal dengan gadis itu, setiap kali bertemu pasti ada kejadian yang tidak mengenakkan yang terjadi, contohnya kejadian sebelumnya.

Setelah melihat kedalam, betapa terkejutnya ia pasca melihat gadisnya yang masih tertidur pulas, sambil membaluti seluruh tubuhnya dengan selimut tebal yang menyisakan kepala yang tak tertutup, tubuhnya di miringkin ke kanan serta kepala yang mengelus-ngelus manja di bantal empuk.

"Astagfirullah Nadia, Woi bangun ini udah masuk jam tujuh" pekiknya histeris seraya melangkah cepat ke arah Nadia yang masih nyaman berbaring-tak mendengarkan kalimat suaminya. Arkan menarik selimut Nadia dengan geram, tetapi Gadis itu menariknya lagi.

Arkan nampak emosi, ia menopang pinggangnya seraya menarik nafas yang terengah-engah. Arkan membuka paksa klopak mata Nadia, agar gadis itu terbangun. Tetapi tindakannya itu justru mendapatkan bogemana mantap dari sang istri.

BUGH...

Satu pukulan mendarat di pangkal hidung Arkan, nampak pria itu oleng dan membekap hidungnya yang serasa begitu sakit, yang tak  dapat di deskripsikan sakitnya. tiba-tiba cairan kental berwarna merah keluar. ya, pria itu  mimisan akibat hantaman itu.

Sedangkan Nadia, ia nampak terduduk dengan wajah emosi karena di bangunkan dengan cara tak lazim. "lo gila ya, colok-colok mata gw!" ketusnya.

Arkan yang masih mendekap erat hidungnya, sambil menahan perih yang masih mencekik di area indra penciumnya. ia meraih jam waker yang berada di atas nakas kemudian memperlihatkan tepat di hadapan gadis yang sedari tadi mengomel tak jelas.

Setelahnya, mata gadis itu melebar, menandakan ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Nadia buru-buru mengambil handuk yang sudah di sediakan di ruangan itu-tepatnya di samping pintu kamar mandi. kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

sedangkan Arkan, ia menggeleng-geleng lemah, sembari membuka telapak tangan dari hidungnya.  "Astagfirullah." ia melihat telapak tangannya yang terdapat darah yang cukup banyak-ia baru meyadari. matanya membulat sempurna. ini kali pertamanya Arkan mimisan. itupun penyebabnya dari sang istri.  

buru-buru ia berlari keluar dari kamar Nadia. kakinya sudah tau betul arah tujuannya yaitu toilet dapur yang jaraknya sudah hampir-yang berada di lantai dasar.

sesampainya di tempat tujuannya, Arkan membasuh wajahnya di wastafel, dengan sesekali menjepit lubang hidungnya. ia menyeringai rambutnya ke belakang, sambil memerhatikan wajahnya di pantulan cermin yang nampak memucat, dan beberapa luka memar di pelipis, tulang pipi, dan beberapa cakaran di sekitarnya. Hidung pria berlesung pipi itu  terus mengeluarkan darah segar, ia memencet hidungnya guna menahan darah yang masih betah di lubang pernapasan itu.

memakan waktu sekitar  sepuluh menit, Akhirnya hidung itu berhenti mengeluarkan  cairan kental. ia mengambil beberapa lembar tissu yang berada di samping wastafel. Pemuda itu mengelap wajah pucatnya dengan pelan, kemudiam mengambil tissu lagi, lalu menyumpalnya di hidung agar mengelap sisa darah yang berada di dalam sana.

Setelah, membersihkan wajahnya, Arkan dengan gerakan terburu-buru keluar dari toilet. Kemudian dia menghampiri meja makan.
Lalu mengambil beberapa lembar Roti seraya mengoleskannya selat coklat. Untung Suasana meja makan sepi karena orang-orang sebelumnya sudah selesai sarapan. Sehingga tidak ada yang memprotes tindakannya yang sembronong.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang