chapter 22

299 26 76
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Jangan lupa vote anda Comen.

Kalo ada typo tandai

Share cerita ini biar makin rame....

Jangan jadi siders ya guys....

Happy reading




"Sumpah tadi gw refleks sampai-sampai nampol Bara, dan di situ juga gw langsung ngerasa lega." ucap Daniyal yang tengah duduk di dekat kursi kemudi. sementa di sampingnya terlihat saudara kembarnya tengah fokus mengendarai mobil.  "Ar, si Bara bermalam di rumah Lo?" Tanyanya seraya menatap Arkan lewat pantulan kaca spion tengah.

Arkan yang tengah menyandarkan kepalanya di  Head Rest mobil seraya menutup matanya, serta tangan yang masih setia memegang kotak makannya, berucap "Iya, sekalian jagain  Bella dan Kevin. Soalnya bund, Papa sama Aldo pergi ke acara kolega papa." jawabnya dengan mata yang masih tertutup.

Daniyal menunjukkan wajah penasaran, lalu menoleh menatap Arkan. "what? Kan ada Lo, ngapain panggil Bara?" Tanyanya, lalu pindah ke samping Arkan.

Arkan membuka matanya dengan malas, "kan keberadaan gw udah engga di anggap" jawabnya dengan nada biasa.

Daniyal menunjukkan wajah kesal, "kok gw yang gereget ya. Lo engga marah di gituin?" Tanyanya.

Arkan menoleh menatap Daniyal dengan tatapan yang sulit di artikan. "Nyesek sih ada, tapi mau gimana lagi bokap kan udah benci banget sama gw" jawabnya lalu menatap  kosong ke arah jendela mobil.

Daniyal  memutar duduknya ke arah Arkan, "anak sendiri di buang, anak orang di hidupin. Ini pasti menyangkut sama kejadian sebelum Lo ke bandung kan?" Tanyanya dengan wajah serius.

Arkan dengan posisi yang masih sama, mengangkat suara, "hemm" gumamnya yang nampak tidak acuh.

Dengan eskpresi ragu Daniyal berucap, "lo beneran engga sih Ar yang dorong si Bara sampai ketabrak mobil? bahkan sampai koma."

Arkan menoleh menatap Danish dan Daniyal Secara bergantian, lalu menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya, sedangkan matanya menunjukkan kepedihan yang mendalam, tetapi tidak di lihat oleh kedua saudara sepupu kembarnya itu, karena saat ini kepala Arkan masih tertutup Hoodie, sehingga wajahnya tak terlihat begitu jelas. "Engga! Lo percaya kalo gw ngelakuin hal sebodoh itu?" Tanyanya.

Danish yang sedari tadi mengemudikan mobil, dengan tatapan berfokus ke arah depan, langsung menyangkal ucapan Arkan, "gw engga percaya. jadi sekarang jelasin yang sebenarnya!" Desaknya dengan nada dan wajah datar yang ia tunjukkan.

Daniyal mengagguk, membenarkan ucapan saudara kembarnya.

Pria berlesung itu memperbaiki posisinya lalu membung nafas berat lalu menceritakan kejadian itu secara detail tanpa filter. Sementara itu, Danish dan Daniyal terdiam seraya mencerna kalimat-kalimat yang di lontarkan Arkan. Tanpa berniat untuk memotong ucapan Arkan.

(Letak kejadiannya ada di chapter 5)

Beberapa menit kemudian, pasca mendengarkan penuturan Arkan, mata Daniyal menjadi memerah, tangannya terkepal kuat, rahannya kanannya tergeser menandakan ada amarah yang  tertahan. "Dan Lo cuman diem aja pada saat si Bara brengsek itu merebut hak Lo?"  Tanyanya seraya menaik turunkan nafasnya.

"Terus gw harus gimana Niyal? Dari dulu gw udah bilang ke bokap kalo bukan gw yang ngelakuin itu semua. Dan sekarang gw udah engga berani buat ngejelasin itu lagi, jangankan ngomong sama Bokap, nafas di depannya aja udah di gampar duluan!" ngadunya dengan tatapan kosong, lalu menatap Daniyal. "Tapi semakin kesini gw udah Nerima keadaan ini kok, ya meskipun nyesek dikit sih." Sambunya seraya menyunggingkan senyuman pedih.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang