chapter 43

223 20 5
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu....

Vote and comen🌺

Tandai typo!💢

🌜Happy reading 🌛

Arkan melipat sajadahnya kemudian menyangkutkan-nya di sandaran kursi belajarnya-ia baru saja selesai shalat subuh.

Pemuda itu nampak gelisah bercampur kesal, karena ia terbangun kesiangan, di tambah tugas-tugas rumah yang cukup banyak. Belum lagi kondisi tubuh yang kurang bersahabat.

Dengan kondisi lemah, dan pusing. Arkan menuruni tangga, sembari ngedumel. "Bisa-bisanya gw bangun kesiangan, mana gw shalat subuh jam enam lewat lagi.... Ya Allah." ia begitu kesal dengan dirinya sendiri.

Tapi langkahnya terhenti, pasca melihat ke sekitaranya yang sudah terlihat rapi dan bersih. "Eh kok udah rapi?" Tanyanya dengan nada pelan.

"gw yang beresin!" Ketus Aldo secara tiba-tiba sambil menyenggol bahu Arkan dari belakang.

Arkan tersentak, sambil berpegangan pada pembatas tangga.

Sedangkan Aldo ia tetap melanjutkan perjalanannya dengan seragam sekolah yang sudah terpakai rapi di tubuhnya, dan tak lupa tas yang ia sangkutkan pada bahu kanannya.

Arkan berjalan mengekor di belakang Aldo, dengan arah tujuan ke meja makan. "Beneran?" Tanyanya memastikan.

Aldo terduduk di kursi meja makan dengan raut wajah jengkel. "Ya Iyya lah, bini Lo bangunin gw jam tiga pagi buat beresin rumah, sama nyuci kain... Kalo gw tolak, di bakalan kuliti gw idup-idup." Jelasnya dengan nada geram.

Arkan yang sudah duduk tepat di hadapan Aldo nampak mengerutkan keningnya, "tumben Nadia maksain Lo kek gitu?" Sahutnya.

"Napa emang?" Baru saja di bicarakan gadis itu tiba-tiba saja datang sambil menurunkan mixing bowl kaca yang berisi nasi goreng. Kemudian kembali pergi mengambil piring, sendok dan sepiring telur mata sapi.

Arkan dan Aldo menatap Nadia dengan tatapan yang sulit di artikan. Tidak biasanya gadis itu bertingkah seperti ini.

Nadia kembali meletakkan piring di depan Aldo dan Arkan, kemudian mengambilkan nasi goreng untuk keduanya. "Makan!" Ucapnya tanpa basa-basi dengan raut wajah datar.

Aldo dengan ragu mencicipi nasi goreng yang berada di hadapannya. Sambil mengunyah pelan, seakan wasapada. Aldo melirik Arkan, "kok rasanya aneh gini sih?" Gumamnya dalam hati. Kemudian meneguk air mineral yang berada di hadapannya.

Sedangkan Nadia ia memerhatikan Arkan dan Aldo secara bergantian, "gimana? Enak engga?" Tanyanya dengan wajah datar namun penuh harap.

Aldo yang ingin terus terang seketika mendapatkan tatapan mengancam dari sang Abang, dengan mata yang di lebarkan.

Melihat tingkah keduanya yang nampak aneh, Nadia kembali bertanya. "Engga enak yah?"

"Enak, enak banget... Engga nyangka Lo pintar masak ternyata." Arkan tersenyum paksa, kemudian menyuap nasi goreng itu dengan lahap.

Nadia memasang wajah penasaran. "beneran?" Tanyanya dengan penuh kecurigaan. seraya mengambil piring untuk ikut serapan.

Tapi dengan gesit, Arkan memegang tangan Nadia yang hendak mengambil nasi goreng, "eh, Nad. Boleh minta tolong engga? Panggilin Kevin?" Pinta Arkan dengan wajah sedikit takut karena mimik wajah istrinya yang dari tadi nampak sinis dan dingin.

Nadia melirik Arkan dengan lirikan datar, "kenapa harus gw?" Tanya gadis itu.

"Soalnya kepala gw sakit"

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang