chapter 41

251 20 55
                                    


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu....

Vote and comen

Tandai typo!

🌜Happy reading🌛

Daffa yang tengah berbaring di ranjang rumah sakit nampak memasang wajah lesuh, ia sesekali memerhatikan peralatan medis yang melekat pada tubuhnya. "Sampai kapan seperti ini?" Ia bertanya kepada Bram yang tengah terduduk di sofa.

"Sampai kamu sembuh!" Jawab Bram dengan senyuman tipis.

Daffa memasang wajah mengejek, "mustahil, saya tidak yakin dengan hal itu!" Balasnya terdengar pasrah.

Bram menghembuskan nafas gusar, "bagaimana dengan Sera yang tidak tahu mengenai ini?" Tanyanya.

Daffa menggeleng lemah, "aku engga mau kalo sera tau ini,  karena Sera sepertinya begitu sibuk, dengan statusnya sebagai ibu rumah tangga. mengurus anak, mengurus rumah, di tambah harus mengurus butik, jadi aku engga mau nambahin beban pikiran dia." Balasnya.

"Tapi kan, dia berhak tau mengenai ini!" Bram berucap.

"Nanti aku kasi tau! Kalo ada waktu yang pas." Daffa nampak bingung.

"Kapan?"

_______ARKAN_______

Arkan yang tengah membuka pintu kamar Nadia seketika terhenti, karena mendengar suara istrinya tengah menelfon dengan seseorang.

Pria itu dengan raut wajah bingung  mendekatkan Indra pendengar-nya di pintu.

"Yaudah bentar malam gw kesana, engga sabar mau balapan!"  Kalimat itu terdengar jelas di telinga Arkan, sontak ia mendorong pintu dengan ekspresi marah.

Dengan spontan Nadia melebarkan matanya, kemudian mematikan sambungan secara sepihak, tatapan gadis itu begitu tajam bagaikan elang memantau mangsa. "Lo kenapa masuk nyelonong gitu aja? Hah? Engga sopan banget!" Celetuk Nadia.

"Cih, tau apa lo tentang sopan santun!"  Umpat Arkan di dalam hati. Sedikit pun tak ada niat untuk mengucapkan kalimat itu dengan nada besar, karena dia tak mau mendapatkan hantaman dan semburan keras dari istrinya.

"Nad, tadi gw denger Lo mau balapan?" Tanyanya sedikit ragu, wajah yang tadinya sangar seketika menjadi wajah takut karena ekspresi Nadia yang lebih menyeramkan.

"Emm" Nadia nampak tak peduli dengan keberadaan Arkan, ia meletakkan handphone-nya di atas kasur, kemudian pergi memasuki kamar mandi.

Arkan membuang nafas gusar, seraya membuang pandangannya ke arah nakas dan tanpa sengaja ia melihat kunci motor milik Nadia. Tiba-tiba ide cemerlang melintas di benaknya.

Remaja itu  tersenyum tipis, kemudian berjalan pelan ke arah nakas yang berada di samping tempat tidur, ia mengambil kunci motor. Lalu merapikan tempat tidur istrinya dengan gerakan gesit, kemudian pergi dari tempat itu, sebelum ia ketahuan mengambil sesuatu.

Beberapa menit kemudian, Nadia pun keluar dari kamar mandi dengan busana baju mandi yang ia kenakan, langkahnya tertuju pada lemari kaca untuk mengambil seragam sekolah-nya.

Gadis itu nampak belum sadar bahwa ia sedang kehilangan sesuatu. Dengan wajah datar ia mengambil seragamnya lalu kembali ke kamar mandi, tapi sebelumnya ia melirik handphonenya yang sudah tertera di atas nakas, yang sudah jelas sudah Arkan pindahkan. "Kek ada yang hilang, tapi apa ya?" Ucapnya dengan alis berkerut, lalu kemudian, matanya melebar, "kunci motor gw mana?" Tanyanya seraya mengacak tempat tidur yang sudah rapi.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang