chapter 29

220 24 17
                                    


Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu.....

Vote terlebih dahulu, dan Comen ya sis....

Tanda typo!

❤️Happy reading ❤️

Danish dan Cemal menyekap Adlar dalam sebuah bangunan tua yang nampak begitu kental dengan hal mistis. Tempat ini sudah terbengkalai dari beberapa tahun silam. Sehingga tembok dan lantainya sudah begitu kotor dan di penuhi serpihan kayu, dan sarang-sarang serangga.

Daniyal yang sudah menghilangkan make up dan kembali ke wujud aslinya, menatap sinis ke arah Adlar.

Sementara Arkan, ia berjongkok di sudut ruangan sambil memeluk lututnya seperti orang nolep, serta tatapan yang mengarah ke Adlar, ia memerhatikan wajah Adlar saksama, wajah itu seperti tidak asing baginya. Pikirannya Menerawang ke waktu silam, tepatnya pada saat wajah yang hampir sama itu menunjuknya, sebagai pelaku atas kasus tabrak lari di masa tiga tahun lalu. Tetapi dengan cepat, ia membuang pikirannya itu, dengan menggeleng-gelang.

Setelah mengikat sandranya. Danish dan Cemal pun mundur, dan di situlah Daniyal maju sambil memegang sebotol air. Dengan pelan ia minum air dari botol itu, kemudian menyemburkannya ke arah wajah Adlar yang masih tak sadarkan diri.

Byurrrr.... Byur....

Arkan dan Cemal bergidik geli "gw engga bisa bayangin bau jigongnya!" Umpat Cemal.

Adlar membuka kelopak matanya dengan lemah. Kemudian mendongak mengamati satu persatu wajah orang yang menyandranya. "Kalian?" Gumamnya dengan lemah.

"Sadar juga ni orang! Lo tau engga? Dari tadi bibir gw bergetar, pengen banget maki-maki lo" racau Daniyal dengan wajah sinisnya.

Dengan tubuh yang masih begitu lemas, Adlar tekekeh. "Cara main kalian ke anak-anakan banget." Ledeknya yang terlihat begitu lemas.

Cemal mengeram, ia melangkah ke arah Adlar kemudian menarik kera jaket milik musuhnya itu, kemudian siap melayangkan pukulan keras. Tetapi, dengan sigap Arkan mengangkat suara. "LO JANGAN NGELAKUIN ITU MAL!" Teriak Arkan yang masih berjongkok di sudut ruangan bangunan tua itu.

Cemal menuruti perkataan Arkan, kemudian menghempaskan Adlar begitu saja, lalu berlutut di hadapan Adlar dengan satu lutut "Lo kenapa hajar si Aksa? Hem? Pecundang banget lu!" Tampik Cemal yang nampak menahan sejuta emosi di dalam dirinya.

Adlar tersenyum tipis, "buat senang-senang aja, gw pukul dia tanpa alasan yang jelas. Kenapa emang?" Balasnya terdengar Santai.

Daniyal melototkan matanya, sembari berjongkok di hadapan Adlar. "HEH, kalo Lo mau seneng-seneng cari lawan yang sepadan!" Timpalnya.

"Terserah gw dong!" balas Adlar dengan senyuman liciknya.

Daniyal dan Cemal saling menukar pandangan satu sama lain. Kemudian keduanya tersenyum. Tanpa di sangka, Daniyal dan Cemal menggelitik Adlar sambil tertawa kesetanan. "Ar, nish, cepetan gelitin kakinya biar anak tikus ini tersiksa!" Titah Daniyal yang di turuti oleh Arkan dan Danish.

Sementara Adlar, ia nampak tertawa tertekan sembari menendang-nendang dan bergerak seperti cacing kepanasan, karena tidak bisa menahan rasa geli yang ia rasa. Dia terlihat begitu tersiksa.

"Rasain lu!" Cemooh Cemal dengan senyuman puasnya.

"AARGHHH.... GW MOHON! GW MOHON BERHENTI!" teriak Adlar yang membuat Arkan menghentikan kegiatannya karena merasa kasihan.

Sedangkan, Si kembar, dan Cemal masih asik menyiksa tanpa berniat untuk berhenti.

"GW MOHON! GW BAKALAN NURUTIN APA YANG KALIAN MAU, GW MOHON HENTIIN INI SEMUA AARGHHH" teriak Adlar sambil bergerak tak karuan.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang