chapter 62

322 16 4
                                    

اَلسَّلَامُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

HAPPY READING

*

*

*

2 minggu berlalu...

Secerca cahaya lampu menyinari kelopak mata milik seorang gadis, kelopak mata yang sudah lama tertutup rapat kini terbuka, dan kembali menyaksikan drama kehidupan.

Samar-samar ingatanmya masih teringat jelas benturan keras tempo hari, ia mengira itu adalah akhir dari kehidupannya, namun tuhan masih baik kepadanya, dan membiarkan ia melanjutkan kehidupan.

"Mam." Panggilnya dengan lesuh namun berhasil membuat wanita paruh baya yang tengah terlelap di tepi brankar, terbangun dan memasang wajah bahagia.

"Nadia." ia membalas ucapan putrinya dengan tangisan haru.

Ia merasa begitu bersyukur, karena putri semata wayangnya itu, telah tersadar dari koma yang cukup panjang. "Bunda lega banget Nad, akhirnya kamu sadar!" Ia mengusap kening gadis itu dengan lembut.

Sementara Nadia, ia nampak linglung, pemikirannya belum sinkron. "Emmmm akhhhh," ia berusaha bangkit namun bahu sebelah kirinya serasa sakit jika di gerakan.

"Jangan gerak Nad! Bentar yah mamy mau panggil dokter dulu." Pamitnya lalu keluar dari ruangan itu. Persekian detik kemudian, Sara masuk dengan Luna di belakangnya.

Sara memakai stetoskop, lalu mengecek denyut jantung gadis muda yang tengah berbaring di brankar. "Apa yang sakit Nadia?" Tanya dokter itu.

Nadia yang sedari tadi terdiam, mengangkat bicara. "Semuanya serasa sakit Tante, sshhhhh!" ia meringis dengan mata terpejam berusaha menggoyangkan lengannya.

"Kamu jangan bergerak dulu! Beberapa hari juga bakalan baikan kok." Peringat Sara. "dan satu lagi, kaki kirimu ada cedera jadi butuh tongkat untuk berjalan." Lanjutnya.

"Siap tante."

Nadia yang tengah memakai selang oksigen. Nampak terdiam dengan mata yang mencari sesuatu. Gadis itu tengah mencari kemana keberadaan suami idiotnya itu, apakah dia selamat?

"Bagimana keadaan Arkan?"

"Dia sembuh." Jawab Sara bohong.

Tapi jika dipikir, itu ada benarnya. Bukankah sekarang Arkan sudah sembuh? Bahkan lelaki itu tak akan pernah merasakan sakit lagi.

Nadia menarik sudut bibirnya dengan sedikit lega. "Syukur lah!"

"Dimana dia sekarang?" Ia bertanya lagi.

"Udah pulang!" Jawab Sara dengan mata berkaca. Tapi, sebagaimana pun ia harus terlihat biasa saja.

Nadia semakin di buat senang dengan kabar yang ia dapat. "Oww yah! Mamy, Tante, boleh minta tolong. Jangan kasi tahu Arkan kalo aku udah sadar, Biar jadi surprise gitu." Pintanya yang membuat Sera dan Luna menatap satu sama lain.

Sera menelan ludahnya dalam-dalam dengan mata yang memerah lalu mengagguk lemah. Mengiyakan permintaan gadis malang itu.

"Nanti kali papy datang. Aku juga harus kasi tau, biar dia engga kasi tau Arkan kalo aku udah sadar," sambungnya dengan senyuman penuh harapan.

"Iyah,"

Luna merasa begitu kasihan akan putrinya, Nadia berniat memberikan kejutan kepada sumianya. Tapi, Arkan lebih dulu mempersiapkan kejutan untuknya.

_____ARKAN_____

Nadia melewati beberapa tahap pengobatan, memakan jenis pil obat yang diberikan dokter, berusaha berjalan menggunakan tongkat, berusaha membangkitkan nafsu makannya. Ini semua ia lakukan agar cepat pulang, dan memberikan kejutan untuk seorang pria yang baginya cukup spesial. Rasanya, itu adalah dorongan yang cukup kuat untuknya bertahan.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang