chapter 37

248 17 6
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Hai aku datang, lama yah engga up, huhuhuhu...

Iya soalnya lagi sibuk nih, bergelut sama organisasi dan tugas sekolah....

Oh iya, semisalnya kalian punya rekomendasi sekolah yang gurunya engga enakan ngasih tugas banyak, boleh di spill nih! 🔥🔥🔥

Jejaknya ya cantikk

Vote and comen

Tandai Typo!!!

Happy reading ❤️


Jam menunjukkan pukul lima belas dini hari-di kediaman Keluarga Bram.

Sepulang sekolah, Arkan langsung di antar ke rumah mertuanya atas perintah Daffa.

Dan kini, Arkan, Nadia, Daffa, Bram, Sera dan Luna, tengah berkumpul di ruang tengah. Suasana di tempat itu begitu serius dan sedikit tegang.

Bram melirik Daffa sekilas, lalu mengangkat suara. "Begini Arkan, Nadia. Ada hal penting yang ingin di bicarakan."

"Iya, terus?" Ujar Nadia dengan wajah tak bersahabat.

Bram menghela nafas berat, "begini, kami akan ke Singapura untuk menghadiri pertemuan rapat. Sekalian memantau perkembangan perusahaan yang baru kita kembangkan di sana. Sehingga mamy dan Bunda kalian harus ikut, untuk mengurus kebutuhan Daddy dan papa Daffa di sana." Jelas Bram dengan wajah seriusnya.

Spontan Arkan  membulatkan matanya. Tetapi Nadia, ia terlihat tak peduli. "Emm, terus?" Tanyanya.

"Nah ini. kalian harus serumah dalam sementara waktu." Tambah Sera.

Arkan mengerutkan keningnya. "Kek suami istri pada umumnya gitu?" Tanyanya dengan ragu.

"Iya." Balas Luna dengan anggukan. "Kalian tinggal di kediaman papa Daffa" tambahnya.

"Aku engga terima, kok ambil keputusan-nya mendadak gini sih?" Ketus Nadia yang nampak kesal.

"Karena kabar ini juga mendadak Nadia." Jelas Sera dengan goresan senyuman tipis.

"Gimana kalo aku tetap tinggal disini? aku engga mau seatap dengan pria nolep itu!" Tunjuk Nadia ke arah Arkan yang hanya di respon dengan helaan nafas pasrah oleh sang suami.

"Engga, mamy ngga biarin itu!" Tegas Luna dengan tatapan meyakinkan.

"Kenapa? Kan ada bibi!" Balas Nadia dengan wajah tegas.

"Kamu lupa, tadi Bibi pulang kampung." Jawab Bram dengan tatapan tenang.

Nadia melipat tangannya di depan dada, lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Ia merasa kesal dengan orang-orang yang selalu mengambil keputusan tanpa sepengetahuannya dan langsung melibatkan-nya. "Terserah kalian, aku kan boneka, jadi ya gini." Kelitnya lalu berdiri, kemudian meninggalkan ruang tengah begitu saja.

"NADIA KAMU MAU KEMANA?"tanya  Luna dengan nada tinggi dan diiringi tatapan amarah.

Nadia membalikkan badannya, "aku mau tinggal seatap dengan orang nolep itu, asalkan ke sekolah pake motor. Dan engga di kekang lagi!" Tegasnya dengan tatapan instens.

"Ok, fine. Mamy setuju!" Tegas Luna tanpa meminta pendapat dari siapapun. "Asalkan kamu nurut serumah dengan Arkan." Lanjutnya.

"Tapi_" Bram nampak tak yakin dengan keputusan istrinya. ingin rasanya ia menyangkal, tapi ia lebih memilih  ngurungkan niatnya tersebut.

ARKAN |END| Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang