62. Permintaan

271 19 0
                                    

PRANG!!

" Kamu pikir saya sebodoh itu Verin? "

Deg

" H-hah? Kenapa mas? " Verin gelagapan.

Arkan terkekeh sinis, " tidak usah pura pura polos.. ular tetaplah ular, tidak bisa menjadi kucing " ucapnya.

" M-mas.. pudingnya kok malah kamu lempar? " Verin masih berusaha akting walau ia sudah tau apa maksud Arkan.

Arkan berdecih, " puding katamu? " ia terkekeh.

" Maksudmu racun hah?! " Lanjut Arkan.

Verin mengerjap " Ra-racun apa mas? Itu- "

" Berhenti berpura pura! Kamu tau apa maksud saya! "

Verin terdiam kemudian tertunduk.

" Kamu sengaja menaruh racun ke dalam puding itu supaya saya mati dan kamu menyelesaikan tugasmu, betul bukan? " Sinis Arkan.

Arkan memasang wajah kecewa, " Dasar tidak tau diuntung! " Lirihnya.

" Saya sudah bersikap baik dengan menikahi kamu dan berusaha menerima kamu sebagai istri saya! Tapi apa? Tch! "

" Benar benar tidak tau terima kasih " Arkan memalingkan wajahnya ke arah lain.

" Iya mas.. " Verin mengepalkan kedua tangannya dengan kepala yang masih tertunduk.

" Aku naruh racun di puding itu supaya kamu mati! IYA! KAMU BENER! " Verin mengarahkan telunjuknya tepat di depan hidung mancung Arkan.

" AKU SENGAJA MAS! IYA! AKU SENGAJA! SEKARANG KAMU MAU APA?! HAH?! " tantang Verin.

" Saya akan- "

" APA?! Laporin aku ke polisi? Iya?! "

Arkan menghentikan ucapannya, ia menatap Verin lekat.

" Silakan mas! Aku gak takut! Laporin aja aku ke polisi! " Pandangan Verin mulai kabur karena air mata yang menumpuk di kelopak matanya.

" buatku, bernafas di balik jeruji besi lebih baik, daripada bernafas di dunia luar sama orang kaya yang sombong dan seenaknya macam kalian!" Verin menyeka air matanya yang hampir meluncur.

" Laporin aja aku ke polisi sekarang mas! Ayo laporin! Aku cape! Aku bener bener cape hidup di bawah tekanan orang lain! " Tubuh Verin merosot hingga terduduk di depan kaki Arkan.

Sementara Arkan masih berdiri sambil bersedekap dada mendengarkan setiap kata yang ia yakini berasal dari hati Verin.

" Aku tau orang miskin kaya aku itu bener bener gak ada harganya di mata kalian para orang kaya! Tapi.. " Verin menghapus bulir bulir air matanya yang lolos.

" Tapi kalian juga gak boleh semena - mena sama kita orang miskin! Kalian selalu ngancam kita karena kita sama sekali gak berdaya.. " Verin berusaha berbicara di tengah isakan tangisnya.

" Kalian selalu ngancam kita buat kepuasan kalian sendiri.. apa kita para orang miskin bener bener gak ada harganya di mata kalian? "

" Kalian semua itu egois.. " lirih Verin,                     " kalian selalu nganggap aku orang yang paling jahat di sini, dan kalian adalah korban yang paling tersakiti "

" Tapi.. apa ada dari kalian yang pernah tanya alasan aku lakuin ini semua? Apa ada dari kalian yang peduli sama masalah yang aku hadapin di balik ini semua? Apa ada? Enggak.. kalian cuma mikirin diri sendiri.. "

" Aku cape.. " Verin mendongak menatap Arkan dengan ekspresi melas.

Arkan menghela napas lelah. Walaupun terkadang otaknya lemot dan loading, tapi kali ini ia benar benar paham apa maksud dari perkataan Verin.

Boss!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang