13. Cry

458 23 1
                                    

" iya gak apa ap-"

PRANG!!

Klarasa mematung melihat siapa orang di depannya kini. Jantungnya sudah berdegup sangat kencang. Antara emosi, sedih, dan rindu.

Ayah?  

" kamu Kla- "

" Klarasa kamu gak apa apa? " perkataan Arkan memotong ucapan suami dari ibu yang tadi menyenggol minuman Klarasa.

" hah? Oh Ga-gak apa ap-pa ko " jawab Klarasa terbata.

" kamu Klarasa kan? " tanya suami ibu itu lagi.

Klarasa tidak menjawab. Ia memalingkan wajahnya pura pura tidak mendengar.

" baju kamu ko basah gitu? " tanya Arkan sambil memperhatikan gaun Klarasa.

" ohh ini.. " Klarasa melihat gaunnya.

" tadi saya gak sengaja nyenggol minumannya pak.. Saya minta maaf " ujar sang ibu pada Arkan.

" ohh.. Iya bu tidak apa apa" jawab Arkan.

" sekali lagi saya minta maaf ya.. "

"Ayo pah kita pulang " ajaknya pada suaminya yang sedari tadi terus menatap Klarasa.

" iya a-ayo mah " pasangan itu pun berjalan meninggalkan gedung.

" Klarasa kamu gak apa apa kan? Mau pulang? " tanya Arkan lagi. memecah lamunan Klarasa yang sedari tadi menatap kedua pasangan yang baru saja pergi itu.

" nggak.. Kan aku belum ketemu orang tua mas " jawab Klarasa dengan suara lemah.

" yaudah sekarang kita ke orang tuaku, ayo " Arkan menggenggam tangan kanan Klarasa.

" kak, aku ketemu bunda sama ayah dulu " pamit Arkan pada Rika yang sedari tadi hanya diam memperhatikan. Ia merasa ada yang janggal.

" ohh iya Arkan, gih "

♡ ♡ ♡ ♡

Arkan dan Klarasa menghampiri meja yang ditempati oleh 4 orang tua. 2 pria dan 2 wanita.

" Bun.. Yah.. " panggil Arkan.

Mereka semua menoleh secara bersamaan. Dan otomatis mata mereka semua menatap Klarasa. Klarasa merasa sangat gugup. Meskipun ini hanya pura pura, tapi rasa gugupnya melebihi saat ia sedang interview.

" eh? Calon menantu bunda? Arkan bawa sini dong! Duduk deket bunda! " Bunda Arkan sudah pasti sangat excited melihat Arkan bersama seorang wanita.

" gih, duduk deket bunda aku " titah Arkan pada Klarasa. Sementara Arkan langsung menempati kursi di samping paman dan bibinya, yaitu ayah dan ibu Dio.

Klarasa menyalami keempat orang tua tersebut dengan senyum manis yang terus terpatri di wajahnya.

" nama kamu siapa sayang? " tanya Rani.

" Klarasa bunda " jawab Klarasa. Ia berusaha tetap tenang.

" Arkan, kok kamu gak pernah bawa dia ke rumah sih? " tanya Bagas

" Dia sibuk, aku juga sibuk " jawab Arkan sekenanya.

" emang kamu kerja apa sayang? " tanya Rani lagi.

" dia kerja di Singapur, kalo sekarang dia kerja di perusahaan aku bun " jawab Arkan dengan cepat, sebelum Klarasa menjawab.

" bunda tanya ke menantu bunda, bukan ke kamu! Gausah nimbrung! " ucap Rani dengan tajamnya.

"  ish! "

" cepet nikah gih Ar, bunda kamu udah gak sabar pengen punya menantu " ujar Bambang, paman Arkan.

Boss!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang