63. Penjelasan dan sebuah akhir

368 17 7
                                    

Selang beberapa hari setelah penangkapan Verin dan Pak Tama, Arkan dan Klarasa berencana makan malam bersama di sebuah restoran khas Jepang. Selain untuk memperbaiki hubungan keduanya, alasan lain mereka makan malam bersama adalah Klarasa menuntut penjelasan dari Arkan mengenai apa yang terjadi selama ini.

" Ish! Gue gapunya baju! " Klarasa berteriak frustasi.

Selama 2 jam memilih baju dan mengacak seluruh isi lemarinya, Klarasa masih belum menemukan baju yang pas untuk ia kenakan malam ini.

Klarasa menggigit telunjuknya sambil sekali lagi memperhatikan tumpukan baju di kasurnya.

" Kok gue repot repot dandan sih? Seadanya aja kali! Gue cuma mau ketemu Pak Arkan doang kok! "

Pak Arkan doang?

Itu dia masalahnya! Sejujurnya Klarasa ingin tampil cantik di hadapan Arkan. Secara, dinner kali ini adalah dinner pertama mereka setelah sekian lama renggang. Selain itu, Klarasa tidak mau membuat Arkan malu jika membawa wanita kumal ke sebuah restoran khas Jepang yang lumayan mewah.

Ting Tong!

Mata Klarasa membulat. Ia menatap jam yang menunjukan pukul 8 malam.

Sial! Pak Arkan udah sampe!

Klarasa mengambil sebuah dress berwarna soft pink yang tergeletak di lantai dan memakainya dengan buru buru. Tanpa banyak bicara ia memoles wajahnya sederhana. Hanya bedak tipis dan lipstik. Sementara rambutnya ia biarkan tergerai.

Tak mau membuat Arkan menunggu lama, Klarasa meraih slin bag berwarna senada dengan dress nya kemudian bergegas keluar kamar dan membuka pintu.

Ting Tong! Ting Tong! Ting Tong! Ting Tong! Ting Tong!

" YA AMPUN! SEBENTAR! " Teriak Klarasa. Ia jadi merasa geram sendiri.

Pintu terbuka bertepatan dengan tangan Arkan yang terangkat hendak menekan tombol bel kembali.

Klarasa memasang wajah datar. Dasar tidak sabaran!

Arkan tersenyum tipis, tetapi terlihat menyebalkan di mata Klarasa. Ia mengeluarkan sebuket bunga mawar dari belakang punggungnya lalu memberikannya pada Klarasa.

" For My beautiful girlfriend " ucap Arkan dengan senyum yang melebar. Sampai sampai lesung pipinya terlihat jelas.

Klarasa berdecak, " nembak aja gak pernah, tiba tiba jadi girlfriend ?  Hadeuh " kritiknya.

Ekspresi Arkan berubah. Seperti sedang mengingat ingat. Jika ia tidak salah ingat, sepertinya ia sudah pernah menembak Klarasa tapi Klarasa menolaknya mentah mentah.

" Pak? "

Arkan menatap Klarasa, " Ra, kayaknya saya udah pernah nembak kamu.. tapi kamu tolak mentah mentah "

Klarasa mengedikan bahu acuh, " saya lupa.. udahlah lupain "

Arkan mengangguk, " kalo gitu, kamu mau gak jadi pacar saya? "

Klarasa menautkan alis bingung, " Pak Arkan... Nembak saya? "

Sekali lagi Arkan mengangguk.

Klarasa pura pura berpikir seraya mengetuk ngetuk dagunya.

" Hm.. kayaknya gak bisa deh pak, saya gak bisa nerima bapak " ucap Klarasa.

" Kenapa? "

" Saya itu.. suka cowo romantis, yang kalau nembak perempuan, awalnya pake kata kata puitis gitu loh pak "

" Ohh.. " Arkan mengangguk anggukan kepala polos.

" Kok cuma ohh sih?! " Klarasa mencebik.

" Lah? Saya harus gimana? "

Boss!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang