16. Galau

797 26 0
                                    

Setelah pulang kerja, Arkan segera melesatkan mobilnya menuju rumah orang tuanya karena ayah dan bundanya memaksa Arkan untuk pulang kesana. Arkan tidak tahu alasannya, tapi dari nada bicara orang tuanya tadi seperti orang yang panik.

Arkan memarkirkan mobilnya di halaman rumah orang tuanya yang luas. Ada satu mobil yang terparkir juga disana, tapi ia merasa sangat asing dengan mobil itu.

Arkan melangkahkan kakinya ke dalam rumah dengan terburu buru. Perasaannya menjadi sedikit tak enak.

" Arkan! " panggil Rani saat dia melihat anaknya sudah datang.

" bun? Kenapa? Ada apa? " tanya Arkan ikut panik saat ia melihat wajah bundanya yang juga panik.

" itu.. Ayah kamu! " jawab Rani sambil menunjuk nunjuk kamarnya.

Arkan dengan segera berlari ke arah kamar Ayah dan bundanya.

Brak!

Arkan membuka pintu dengan kasar saking buru burunya.

Di ranjang terlihat ayahnya yang sedang terkulai lemas dengan infusan di tangannya. Arkan dengan segera menghampiri dan duduk di sebelah ayahnya.

" ayah kenapa? Kok bisa sakit? " tanya Arkan lembut.

" ayah kan bukan fir'aun, udah takdir hehe" jawab Bagas dengan suara lemas.

Arkan mendengus mendengar jawaban ayahnya. Ia tau sakit ini memang takdir, tapi pasti ada alasan kenapa ayahnya tiba tiba sakit, karena saat pernikahan Dio kemarin ayahnya sehat sehat saja.

" mungkin umur ayah udah gak lama lagi nak " ucap Bagas dengan senyuman lembut.

" ayah gak boleh ngomong gitu! Ayah belum liat Arkan nikah! " ucap Arkan

" makannya.. Nikah sekarang juga nak! " ujar Bagas dengan wajah penuh harap.

Arkan merutuki ucapannya tadi, ia seharusnya tidak mengungkit ungkit soal nikah.

" ga-gabisa gitu dong yah "

" kenapa? Kamu gak mau menuhin permintaan terakhir ayah? "tanya Bagas sendu.

" Gak gitu! Arkan cuma belum siap! Lagian Ayah sebentar lagi juga bakal sembuh kok.. Kan ayah emang sering sakit kaya gini, tapi gak lama bugar lagi tuh " jawab Arkan dengan tatapan sedih.

" tapi perasaan ayah udah beda dari sebelum sebelumnya "

" kamu mau kan menuhin permintaan ayah? " tanya Bagas sekali lagi sambil memegang kedua tangan Arkan dan menatapnya dengan penuh harap.

" I-iya, Arkan usahain " jawab Arkan pasrah.

" yaudah bawa pacar kamu kesini sekarang! Kita ijab qabul disini! " kata Bagas

Arkan terbelalak kaget. Hey ini terlalu mendadak.

" kok gitu sih yah? Kok sekarang? " Arkan sedikit frustasi.

" yaudah kalo kamu gak mau nurutin. Ayah bakal ngegentayangin kamu sampai kamu mau nikah " jawab Bagas enteng tapi mengancam.

" Ih jangan ngomong gitu dong yah! "

" ya makannya cepet! " kata Bagas nyolot.

" yaudah Arkan pergi dulu " Arkan pasrah.

Arkan beranjak dari kamar ayahnya. Pikirannya benar benar kacau. Menikah? Sekarang? Dengan siapa?

Rani dan Bagas yang melihat kepergian anak mereka saling pandang, kemudian keduanya saling melempar senyum senang.

" berhasil yah! " ucap Rani.

Boss!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang