"Say!"
Klarasa melirik sebentar ke arah suara, sedetik kemudian melanjutkan aktivitasnya tanpa menjawab sepatah katapun.
"Ra, ih," merasa dicampakkan, Arkan bergegas menghampiri istrinya di sofa, "kok suaminya dicuekin sih?"
Arkan mengendus leher Klarasa sambil tangannya diam diam melingkar di perut istrinya.
Masih sibuk dengan ponselnya, Klarasa berceletuk, "kalo kamu kesini cuma mau minta buah naga isi pisang, mending pergi sekarang juga."
Arkan cemberut, "enggak sayang," tangannya mulai nakal, pelan pelan beralih mengelus paha Klarasa yang saat itu memang hanya menggunakan daster.
"Aku gak jadi mau makan buah naga isi pisang, jadinya malah pengen makan kamu," bisik Arkan ke telinga Klarasa. Setelah itu, dengan lembut ia mencium telinga istrinya, kemudian turun mengecup leher Klarasa dengan kecupan kecupan kecil yang lembut.
Klarasa yang mulai merasa takut dan merinding dengan tingkah laku suaminya langsung menjauhkan kepala Arkan dari lehernya, "jangan macem-macem kamu mas," ujarnya.
Arkan menyingkirkan tangan Klarasa dari kepalanya dan kembali mendekatkan diri ke tubuh istrinya. Arkan memeluk Klarasa dari belakang semakin erat, membenamkan wajahnya di ceruk leher wanita yang ia cintai. "Ra, boleh ya?" pintanya dengan nada melas.
Klarasa merasa bimbang. Bukannya tidak mau, tapi ia merasa tidak bernafsu untuk sekarang. Tapi di sisi lain tidak mungkin juga ia menolak ajakan suaminya.
"Ah, kelamaan mikir kamu, ayok!" Arkan bangun dari sofa, kemudian membawa tubuh Klarasa menuju kamar. "Yah, kalo udah begini mah mau gimana lagi," batin Klarasa.
***
"Makasih," satu kecupan lembut mendarat di dahi Klarasa. Setelah 'pertempuran' kecil yang penuh cinta, Arkan dan Klarasa saling berpelukan dengan mata terpejam. Mereka menikmati sensasi kulit yang saling bersentuhan. Perlahan tangan Arkan bergerak mengusap punggung Klarasa dengan kasih sayang. Ah, betapa ia sangat mencintai istrinya.
"Aku mau punya anak kembar," celetuk Arkan tiba-tiba. Klarasa yang sedang terpejam dan hampir masuk ke alam mimpi itu otomatis membuka kelopak matanya kembali, "Maksud kamu apa?" tanyanya.
Arkan menunduk sebentar untuk melihat wajah istrinya, "yaaa, maksudnya, aku mau punya anak kembar," Arkan tersenyum manis, "nanti aku baca-baca tutorialnya di yout*be ya, pokoknya kamu diem aja, tau tau bunting" lanjut Arkan dengan enteng.
Plak. "Gampang banget ya kamu ngomong," Klarasa menepuk bibir Arkan lumayan keras, "bunting? kamu kira aku kambing?" Klarasa mendelikan matanya. "Mau anak kembar? kalo kamu yang hamil gapapa, aku juga mau."
Arkan meringis pelan, galak sekali, pikirnya. "Ya kalo aku bisa hamil juga dari dulu kayanya aku udah hamil, soalnya aku polos plus ganteng, banyak cewe yang coba buat buntingin aku," celoteh Arkan. Sebelum Klarasa sempat menjawab, Arkan kembali berujar, "Seru kali ya Ay, kalo kita berdua hamil bareng nanti, bumil, sama pamil," Arkan tersenyum antusias, "nanti tiap pagi kita minum susu ibu hamil sama-sama, terus saling usap perut buncit kita gantian," lanjutnya.
Klarasa mencubit lengan Arkan, "bisa diem gak? aku mau tidur aja harus dengerin dulu celotehan kamu yang gak masuk akal! Pamil? Bapak hamil? dari Nabi Adam muncul aja gapernah ada bapak bapak hamil, Arkan."
Arkan berdecak malas, "ya kan ini cuma khayalan aja, tapi kalo misalkan emang bisa hamil aku gak akan nolak tuh." jawabnya kekeuh.
"Iya, bisa! Nanti kita hamil bareng! Aku hamil bayi, kamu hamil kotoran! Sama-sama buncit kan tuh?" ledek Klarasa dengan sewot.
"Emosi terus sih sayangnya aku," Arkan memegang kedua pipi Klarasa, menatap wajahnya, kemudian mendaratkan beberapa kecupan kecil ke seluruh wajah istrinya tersebut.
Tawa kecil dari mulut keduanya terdengar di ruangan itu, mereka kembali saling mendekap satu sama lain, dan perlahan mulai masuk ke alam mimpi masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss!!
RandomBELUM FULL REVISI! HARAP MAKLUM BANYAK PART YANG MASIH KACAU DALAM PENULISAN! Klarasa, seorang gadis cantik yang belum mendapat pekerjaan setelah dua tahun lulus kuliah akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai seorang sekretaris di suatu perusahaan. ...