59. Hilang

216 18 2
                                    

Wkwkwk suka jauh dari jadwal up😭
Semoga feel-nya dapet yaaa😭


Setelah pertemuannya dengan Arkan tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pertemuannya dengan Arkan tadi. Klarasa berjalan meninggalkan ruang VIP yang membuat dadanya sesak seperti di cengkram kuat kuat.

Klarasa melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Tatapan matanya kosong. Bahkan beberapa kali ia menabrak orang orang yang melewat di depannya.

" Heh! Punya mata jangan dijual dong! "

Klarasa mengerjap. Ia menatap orang yang baru saja berteriak padanya.

" S-sorry, gue lagi ngelamun.. " lirih Klarasa.

Orang itu mendelik kemudian berlalu dengan bibirnya yang sesekali mengeluarkan umpatan. Klarasa menghela napas lalu mulai melanjutkan langkahnya yang tak bertujuan tanpa menghiraukan orang orang yang menatap aneh dirinya.

Sumpah demi apapun.. saya benci kamu Ra!

Klarasa tersenyum miris. Kenapa semuanya jadi rumit dan penuh drama seperti ini?

Ia tidak pernah menyangka hidupnya akan serumit ini. Saat umurnya 12 tahun, Klarasa sudah membuat rancangan hidupnya. Pertama ia akan sekolah sampai lulus kemudian kuliah.. lalu bekerja dengan bahagia dan lancar, setelah itu ia bertemu dengan 'pangeran berkuda putih' yang sangat mencintainya, tak lama kemudian ia dan pangeran tersebut menikah dan punya anak. Finally, mereka hidup bahagia selamanya.

Klarasa hampir saja tertawa dengan keras saat mengingat rancangan hidupnya dulu. Ia benar benar polos kala itu. Mana mungkin ada jalan hidup semulus itu? Bahkan semua itu lebih terkesan seperti khayalan daripada rancangan hidup.

Hidup bahagia selamanya? Yang benar saja. Bahkan jika pada akhirnya ia menikah dengan 'pangeran berkuda putihnya' belum tentu ia akan bahagia.

Klarasa menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan cara pemikiran otaknya.

Ia beralih menunduk memperhatikan kakinya yang tengah melangkah tak tentu arah. Yang Klarasa tau, sekarang ia sudah keluar dari gedung rumah sakit. Tapi ini bukan tempat yang menuju gerbang utama.

Klarasa memperhatikan sekelilingnya. Banyak anak anak yang sedang bermain, juga lansia yang sedang duduk di kursi roda sembari di suapi oleh para suster.

" Taman rumah sakit? " Gumam Klarasa.

Klarasa mengangkat kedua bahunya seolah menjawab pertanyaannya sendiri. Ia memilih untuk duduk di bangku taman yang berada lima langkah di depannya. Melihat pasien rumah sakit yang tersenyum ceria membuat perasaanya membaik.

Ia melihat ada seorang anak kira kira berumur 8 tahun sedang duduk di kursi roda sambil menghirup bunga mawar di tangannya. Kepalanya botak, dan wajahnya pucat. Sepertinya anak itu mengidap penyakit kanker. Saat suster yang berada di belakangnya mengatakan sesuatu, anak itu tertawa dengan riang. Seperti tak ada satupun beban yang dipikulnya. Padahal Klarasa tahu bahwa anak itu sedang merasakan sakit yang teramat sangat.

Boss!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang