Chapitre Quarante-Sept - 47

2.2K 272 3
                                    

Setelah Hergel memeriksa tubuhnya dan tidak menemukan apapun yang serius, pria itu izin undur diri diikuti Mil dan Cicely. Sedangkan Ratu Niccola, Alley dan Liliana tetap tinggal di kamar itu.

"Oh sayang, ada banyak hal yang ingin kutanyakan," ucap Ratu Niccola. Saat itu Ratu Niccola duduk di kursi sebelah tempat tidur.

Sebenarnya Sonya tidak begitu mengenal sosok Ratu Niccola, walaupun beberapa kali ingatan Elisabeth memberikan gambaran sosok Ratu Niccola. Itulah sebabnya, setiap kali Ratu Niccola bersikap baik padanya, hanya ada rasa canggung karena ia sulit untuk menimpali keramahan dan kelembutan wanita itu.

"Anda bisa menanyakan semua itu, Yang Mulia," ujar Sonya. Maniknya sesekali menatap Alley dan Liliana bergantian. Mereka berdua itu sedang menjenguk orang sakit, tetapi Sonya hanya bisa melihat wajah bosan dari mereka. Ia tidak habis pikir.

Ratu Niccola kembali menggengam tangan Sonya. "Bagaimana kau bisa tidak sadarkan diri, Sayang?"

Pandangan Sonya kembali pada Ratu Niccola. Sebenarnya, itu pertanyaan mudah untuk dijawab. Karena ia tahu alasan yang membuatnya tidak sadarkan diri. Namun, ketika maniknya menatap Alley, gadis itu hanya mengendikkan bahu.

"Alley tidak mengingatnya," ucap Ratu Niccola kembali.

Sonya terdiam. Apa kepala gadis itu terbentur hingga amnesia? "Sepertinya aku juga sulit mengingatnya," jawabnya. Tentu saja itu bohong. Sonya tidak mungkin tidak mengingatnya. Itu sejelas kristal.

"Oh sayang, tidak apa-apa. Tidak masalah kau mengingatnya atau tidak. Kesembuhanmu paling penting."

Percakapan itu kemudian berlanjut dengan beberapa pertanyaan dari Sonya mengenai Benteng Barat dan Francis. Namun, tidak satupun ia mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Hari semakin gelap, ketika Mil kembali dan membawa dua jalinan lilin yang ditempatkan di salah satu meja tengah dan di ruang lain. Meski begitu, diantara Alley dan Liliana, tidak ada satupun dari mereka yang menimpali obrolan antara dirinya dan Ratu Niccola. Seakan mereka memang tidak ada disitu.

Setelah beberapa obrolan, Ratu Niccola beserta Alley dan Liliana memutuskan meninggalkan Sonya untuk beristirahat.

Sonya juga merasa energinya terkuras. Padahal dari siang hingga larut, ia hanya duduk bersandar di tempat tidur. Dan sekarang ia berbaring sembari mencoba memejamkan mata.

Selagi ia mememjamkan mata, beberapa hal terlintas di kepalanya. Berputar dan mengganggunya. Namun, alih-alih sulit tidur, ia malah terlelap tanpa mimpi apapun hingga cahaya matahari menyentuh lembut kelopak matanya dan membuatnya terbangun.

Tubuhnya pagi itu sudah jauh lebih baik. Bahkan ia bisa berjalan menuju meja tengah ruangan yang sudah terdapat beberapa makanan. Padahal setahunya, hari masih sangat pagi, namun sarapannya sudah terhidang.

Tidak lama, Mil datang bersama Cicely dengan beberapa pelayan membawa wadah-wadah berisi air serta set perlengkapan mandi.

"Pagi, Milady," sapa Cicely. Wanita itu membawa sekeranjang kelopak bunga putih.

"Pagi, Cicely," balas Sonya seraya tersenyum.

"Mandian Anda akan siap setelah selesai sarapan," ucap Cicely. "Saya mohon undur diri untuk menyiapkan mandian Anda, milady."

Sonya hanya mengangguk dan kembali menyantap sarapannya.

Tidak butuh waktu lama sampai ia menghabiskan sarapannya dan kemudian -dengan dibantu Cicely dan Mil- bersiap di pagi hari. Semuanya terasa begitu cepat; mandi, memakai gaun dan berias.

Cicely adalah orang kedua yang dapat membuat tubuh Elisabeth terlihat sangat cantik. Surai pirang kecokelatan milik Elisabeth dibuat menjadi beberapa jalinan kecil yang kemudian terjalin pada jalinan besar. Bahkan sebuah jepit mutiara menghiasi setiap jalinan itu.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang