Chapitre Cinquante - 50

3.3K 322 30
                                    

Peringatan!

Baca setelah berbuka puasa ya hehe. Efek samping tanggung sendiri.

============================================================================================

Saat itu matahari telah turun setengah tiang ketika Sonya duduk di kursi tengah ruangan pribadinya dan menatap batu berbentuk bulat bercorak dengan kepala penuh hipotesa keadaannya saat ini.

Sonya menyadari bahwa jiwa Elisabeth asli tidak kembali ketika Ratu Niccola menyebutkan keadaannya sewaktu ia sadarkan diri. Padahal seharusnya, ketika jiwa Sonya kembali, jiwa Elisabeth pun juga kembali. Tetapi itu hanya terjadi pada jiwa Sonya, dan tidak dengan Elisabeth.

Sonya tidak tahu alasannya, tetapi mungkin saja itu berhubungan dengan keputusan Elisabeth sebelumnya.

Apa itu berarti ketika jiwanya kembali ke tubuh aslinya, jiwa Elisabeth akan menghilang?

Pikiran itu terlintas dan terngiang di kepalanya hingga seseorang datang membawa jalinan lilin dan gaun tidur di tangan lainnya.

"Oh!" pekik Sonya. "Kemana saja kau?" tanya Sonya sembari berdiri dan melangkahkan kakinya mendekat pada gadis pelayan itu.

Gadis itu berpakaian seperti pelayan lainnya, namun surai hitamnya tergelung membuat tampilan gadis itu telihat lebih dewasa.

"My lady," sapa Igirtte seraya meletakkan jalinan lilin pada tautan di dinding. "Maaf untuk keterlambatan saya," lanjutnya sembari sedikit membungkuk. Gaun putih itu masih tersampir di lengan lainnya.

"Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan kepadamu. Kemarilah," ucap Sonya seraya membawa Igirtte ke kursi tempat ia duduk sebelumnya. "Coba ceritakan, apakah Elisabeth kembali?"

Pertanyaan mendadak itu membuat Igritte terdiam. Sebenarnya mudah saja untuk menjawab pertanyaan itu ketimbang pertanyaan lain seperti darimana saja kau. Tetapi itu menjadi lebih sulit ketika ia tidak yakin apakah lady Elisabeth tidak kembali atau tidak ingin kembali.

Sonya mengernyit melihat gadis pelayan di depannya hanya terdiam. "Okay, sepertinya aku sudah tahu jawabannya," ucapnya kembali seraya menyandarkan punggungnya pada kursi. Sonya terdiam sejenak sebelum kembali berkata, "Apa kau yang membuatku kembali?"


@@@


"Aku akan mengumumkan pembatalan pertunangan kita sebelum kembali ke Benteng Barat."

Saat itu matahari tidak seterik sebelumnya. Angin dingin mulai bertiup menerbangkan helai surai cokelat milik Liliana ketika kalimat Francis memecah keheningan hari yang beranjak sore di taman istana.

Tidak ada seorangpun disana. Francis sudah menyuruh beberapa pengawal dan pelayan agar menjauh dari taman itu. Ia pikir, itu adalah pertanda baik setelah selama ini Francis mengindarinya. Namun, kalimat pertama yang dilontarkan pria itu membuatnya mematung dengan rasa berdenyut di dadanya.

Hatinya sakit menyadari Francis sudah tidak akan mencintainya lagi. Atau selama ini ia yang memanggap Francis mencintainya? Entahlah.

Liliana menghela napas. "Kau mencintai gadis itu," seraya tersenyum samar.

Pernyataan Liliana membuat Francis menoleh dan menatap wanita di sampingnya itu. Wanita itu masih terlihat secantik biasanya, dengan gaun pastel hampir sewarna kulit pucatnya. Surai cokelat bergelombangnya terjalin dan menyisahkan beberapa helai membingkai wajah porselennya.

Dulu, wanita itu sempat mengingatkannya pada Diane. Membuatnya terlena oleh kelembutan yang wanita itu berikan, dan membantunya melupakan kesedihannya. Namun, itu sebelum kejadian Elisabeth terbangun dengan sorot mata yang tidak pernah ia lupakan.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang