Chapitre Cinq - 5

6.2K 665 11
                                    

Seberkas cahaya putih kekuningan menembus tirai tipis pembatas dunia luar dengan ruangan kecil dominasi krem yang sedikit memudar, menyentuh lembut wajah cantik gadis pemilik surai malam, hingga ia membuka mata dan menampilkan iris yang sama kelamnya. Cahaya matahari menyerbu masuk memenuhi pupil matanya, membuatnya sedikit mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang diterimanya.

Tubuhnya bergerak ke samping untuk mendudukan diri sebelum bergerak turun dari ranjang kecil miliknya dan menuju ruangan lain. Bersiap diri sebelum mengambil sebuah keranjang berisi kotak-kotak berwarna keruh dan wewangian bunga, dan kemudian berjalan keluar.

Ia harus bergegas, pikirnya.

Lorong telah ramai dengan hilir mudik pelayan. Membawa barang-barang yang akan diperlukan untuk Festival yang diadakan oleh Tuan Francis. Festival tahunan yang akan diselenggarakan di area belakang kastel untuk sekaligus memperingati hari panen yang akan dilaksanakan istana utama sekitar beberapa minggu lagi.

"Pagi Igritte!" sapa seseorang.

Igritte menoleh dan menemukan seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan sebuah karung gandum tersampir dibahu kirinya. "Hai Sven!" balasnya.

"Aku mendengar Lady Elisabeth telah sadarkan diri. Apa itu benar?" tanya Sven. Ia menepi kemudian menurunkan karung gandum itu.

"Ya," angguk Igritte. "Kau ingin menemuinya?" tanyanya ketika ia melihat sorot mata berbinar dari laki-laki didepannya.

"Jika kau tidak keberatan," ucapnya seraya tersenyum.

"Temui aku di taman belakang sebelum arena, aku akan bersama Nyonya Elisabeth untuk Festival itu," jelas Igritte. Ia menatap sebentar mata hijau kecokelatan itu sebelum memutus kontak dan berkata, "Aku harus bergegas. Sampai nanti."

Lalu ia kembali berjalan menerjang keramaian di lorong sayap barat daya sebelum ia berbelok di lorong kiri. Ia mempercepat langkahnya menyusuri lorong itu dan tiba disebuah ruangan besar yang telah penuh dengan pelayan-pelayan lainnya.

Ia berjalan memasuki ruangan dan kembali berbelok kekiri untuk menemukan seseorang yang ia cari.

"Lisa, bisa tolong kau panggilkan yang lain untuk membawa air ke kamar Nyonya Elisabeth?" tanyanya pada seorang perempuan muda yang sedang membersihkan piring-piring dan peralatan makan lain di ujung dapur.

Lisa hanya mengangguk menyudahi pekerjaannya dan memanggil beberapa pelayan untuk mengambil air dan membawanya.

Membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengisi air di wadah-wadah kecil yang siap mereka bawa menuju kamar Nyonya Elisabeth.

Setelah mereka sampai di kamar Nyonya Elisabeth, mereka bergegas memasuki ruangan lain dan menuangkan air-air itu kewadah yang lebih besar.

Sedangkan Igritte memberikan keranjang yang ia bawa pada pelayan lain untuk diletakkan diruang bersamaan dengan air-air yang dibawa dan berjalan mendekat sebuah tempat tidur berkanopi dimana Nyonya-nya sedang tertidur pulas.

Sejenak ia memperhatikan Nyonya-nya. Wajah dan seluruh tubuh itu masihlah Nyonya Elisabeth yang ia kenal selama ini, seorang Lady cantik bersurai pirang bergelombang yang terbungkus kulit berwarna putih pucat. Meski begitu, hanya tubuh itu yang sama, tidak dengan jiwa Nyonya Elisabeth. Ia berbeda, namun apapun itu ia harus tetap mengurus Nyonya-nya, itulah sumpahnya.

Sebuah cahaya putih kekuningan yang menembus tirai tipis menyentuh hangat sebuah ranjang yang berisikan seorang perempuan cantik besurai pirang. Mata itu masih terpejam erat dan tubuh mungilnya menggeliat kecil membuat sebagian kulit putih pucatnya terekspose oleh hangatnya cahaya sang mentari

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang