"Hari ini begitu cerah. Apakah anda ingin berjalan-jalan, my lady?"
Di dalam kamar sewarna krem dan emas serta ornamen awan di langit-langitnya, dua orang wanita sedang menghadap sebuah cermin perak yang memantulkan keduanya. Menata surai kecokelatan milik salah satu dari wanita itu dengan sanggul indah membentuk jaring-jaring dengan setiap sisinya tersemat penjepit berbentuk bunga.
"Aku akan berkeliling istana," jawab Sonya. Hari ini ia memakai gaun sewarna pastel cerah berbordir bunga. "Kau bersedia menemaniku. Igritte?"
"Dengan senang hati, my lady," jawabnya seraya menatap cermin dan tersenyum melihat betapa cantiknya perempuan di depannya itu. "Apakah anda juga akan pergi ke bazar di jantung kota?
"Festival panen akan segera dilaksanakan, dan bazar telah dimulai hingga puncak festival."
Sonya terdiam sejenak. Lalu menoleh pada seorang lelaki bersurai pirang kecokelatan yang terbaring pucat di atas tempat tidur, dan kembali menatap Igritte lewat cermin perak di depannya. "Sepertinya aku akan menunggunya setelah berkeliling istana. Aku akan ke bazar lain kali."
"Baik, my lady," jawabnya seraya menyelesaikan jepitan terakhir pada surai lembut milik Elisabeth. "Selesai," lanjutnya.
"Kau begitu lihai dalam pekerjaanmu, Igritte," puji Sonya pada dayang satu-satunya milik Elisabeth.
Itu benar. Selama beberapa hari Ia bersamanya, tidak ada satu celahpun kesalahan yang ia perbuat. Seluruhnya sempurna, bahkan sampai menyiapkan makanan pagi untuk, perempuan itu menyiapkannya dengan sangat teliti dan detail seperti apa yang ia inginkan, roti gandum pangang dengan daging sapi segar.
Ia selalu memakan makanan itu setiap pagi dengan ibu dan ayahnya ketika ayahnya sedang tidak dalam dinas, dan ketika ia mendengar ada roti gandum serta daging sapi, ia sangat bersemangat untuk meminta Igritte buatkan. Walau tidak seperti yang dibuat ibunya setiap pagi, ia masih bisa merasakan makanan enak tanpa rasa amis.
"Terimakasih atas pujian anda, my lady," balas Igritte seraya tersenyum.
"Pagi, milady," sebuah suara yang berasal dari arah pintu membuat Sonya menoleh dan bertemu pandang dengan Hergel yang berada di ambang pintu dengan seorang laki-laki muda di belakangnya, sedang membungkuk sopan dan tersenyum. "Saya hendak memeriksakan keadaan Lord Francis, jika anda berkenan."
"Masuklah Hergel, aku sudah menunggumu," ucap Sonya.
"Apakah Lord Francis telah menujukkan bahwa ramuannya bekerja, milady?" tanya Hergel seraya berjalan menuju tempat tidur besar berkanopi di tengah ruangan itu. Manik pudarnya menatap Francis yang sedang terbaring disana.
Wajah lelaki itu masih sama pucatnya dari terakhir kali ia melihatnya, dan itu membuat ia sedikitnya cemas.
"Semalam tubuhnya tersentak, kupikir ia akan bangun dan membuka matanya. Namun hingga pagi menjelang, mata itu masih terpejam begitu erat," jelas Sonya. "Bukankah katamu ia akan sadar secepatnya?"
"Sepertinya ramuan yang saya berikan sebelumnya belum bekerja dengan baik," ucap Hergel. Ia begitu pandai membuat ramuan untuk racun-racun, namun racun kali ini walau dalam dosisi yang sangat sedikit masuk ke tubuh lelaki itu, mampu menolak ramuan yang ia berikan. "Saya akan memberikan ramuan lainnya, dan semoga dapat menetralisirkan racun secepatnya. Saya mengkhawatirkan tubuhnya yang kian melemah akibat racun itu."
"Kau tahu jenis racun apa itu?" tanya Sonya. Ia tahu sedikit tentang racun ketika ia mempelajari singkat jenis-jenis racun serta pengobatannya sewaktu kejadian yang menimpa Robert, dan sedikitnya pula ia tahu bahan-bahan apa saja yang bisa menetralisir racun itu. "Mungkin aku bisa membantu," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel
FantasyAkibat kecelakaan yang menimpa dirinya, Sonya terbangun di tahun 1540 sebagai Elisabeth de Poitiers yang terikat pernikahan dengan Francis de Montmorency. Lalu apa yang harus Sonya lakukan? ===========================================================...