Chapitre Deux - 2

10.2K 864 10
                                    

"Sonya cepatlah! Kau tidak ingin Robert menunggumu, 'kan?" suara Ruth dari lantai bawah membuat Sonya berjalan secepat mungkin menuruni tangga.

Disana ibunya, Ruth, berdiri menghadap kompor dengan panci diatasnya. Asap mengepul keluar dari panci itu, dan ketika Sonya sampai didepan meja makan, Ruth berbalik dan membawa sup hangat dalam panci yang baru saja ia masak.

"Sepertinya aku akan naik bis, Mom," katanya seraya duduk dan mencicipi sup yang telah dihidangkan Ruth padanya.

Dialah yang menerobos.

Sonya menoleh pada Ruth. "Kau mengatakan sesuatu, Mom?"

Ruth menggeleng. "Tidak," jawabnya sembari menaruh sebagian sup pada wadah, lalu ia bertanya, "apa sup itu enak?"

"Enak!" jawab Sonya cepat.

"Kalau begitu aku akan membawa sup itu." Setelahnya, Ruth duduk dan menghabiskan sarapan paginya.

Sonya melirik pada Ruth. Ia melihat seorang perempuan berambut tembaga mirip dirinya, duduk menikmati sup buatannya sendiri. Sonya sangat mengagumi ibunya dalam bidang memasak. Ruth memiliki tangan sang dewi masak. Apapun bahannya, Ruth selalu bisa membuat olahan yang begitu lezat, dan keahlian itu diturunkan kepada Sonya.

Sonya pandai memasak, walaupun yang ia bisa baru sekedar membuat kue-kue camilan kecil. Setidaknya ia bersyukur bisa mendapatkan keahlian ibunya sedikit.

"Kau bertengkar?" tanya Ruth, membuyarkan lamunan Sonya pada sang ibu.

"Tidak," sangkal Sonya. "Aku dan Robert baik-baik saja. Hanya saja ...," ia kembali menyesap sup buatan Ruth. Ia tidak mungkin membenarkan perkataan ibunya tentang ia dan Robert yang bertengkar, "... aku ingin berangkat sendiri," sambungnya asal.

Secara konteks memang mereka tidak bertengkar. Namun secara tersirat, rasa malu Sonya akan kejadian semalam membuat ia sulit berhadapan dengan Robert langsung. Karena itu, untuk sehari atau dua hari kedepan, ia akan berusaha menghindari Robert.

"Sepertinya aku harus berangkat," ucapnya ketika sup dimangkuknya telah habis. Ia berdiri dan berjalan memutar menuju Ruth yang duduk disebrangnya. "Dah Mom!" salamnya dan keluar dengan cepat.

Rute perjalanan Robert dengan dirinya adalah satu arah. Robert hanya beda beberapa rumah di ujung blok dimana mereka tinggal, dan Robert selalu melewati rumahnya jika ingin pergi ke sekolah. Jadi jika Sonya ingin menghidari Robert, maka ia harus berjalan lebih pagi dan mengambil jadwal bus paling pagi.

Ia berjalan menyusuri blok rumahnya, melewati pagar rumah Nyonya Delta dengan anjingnya yang selalu berada didepan rumah. Sesekali ia menyapa dan dijawab dengan sapaan khusus milik Nyonya Delta;

"Pagi Sony!" kata Nyonya Delta tersenyum lebar. Ia sedang menyiram tanaman ketika Sonya menyapa saat itu. "Kau tidak bersama dengan Roby?" tanya Nyonya Delta.

"Sepertinya ia sedang sakit. Jadi aku harus berjalan sendiri," jawab Sonya berbohong. "Aku terburu-buru, jadi lain waktu kita akan mengobrol banyak, Nyonya Delta," kata Sonya yang dijawab dengan anggukan;

"Hati-hati, Cantik!"

Sonya kembali berjalan menyusuri trotoar sebelum ia berbelok dipersimpangan, mengambil jalan dua blok kekiri sebelum memutari sebuah taman dan menyebrang untuk mencapai halte sebrang taman.

Bila dibandingkan dengan rute biasa, rute yang ia ambil kini memakan jarak yang cukup jauh. Namun itu demi menghidari Robert. Ia belum cukup punya muka untuk bertemu Robert hari ini.

Jalanan saat itu masih amat sepi. Jam menunjukkan pukul 06.27 pagi dipergelangan tangannya. Hanya beberapa mobil yang akan menuju kota yang telah berlalu lalang. Ia masih berjalan. Sesekali menengok kebelakang, kalau-kalau Robert mengikutinya dibelakang.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang