Chapitre Dix-Sept - 17

3.1K 362 4
                                    

Bias cahaya rembulan yang menerobos masuk melalui jendela-jendela besar memenuhi lorong dengan keremangan malam ketika langkah kakinya di paksakan untuk berlari menuju kastel sayap barat daya untuk menuju ruang pribadi keluarga kerajaan.

Gaun pastel miliknya ia angkat tinggi-tinggi untuk memudahkan ia berlari menyusuri lorong dan serambi-serambi besar. Ia harus bergegas cepat, sebelum ladynya itu memantapkan keputusannya.

Sedikit lagi, pikirnya.

Kakinya yang semula melangkah menuju serambi besar dengan dua lorong, tiba-tiba saja terhenti ketika seorang prajurit menarik lengannya.

Napasnya tertahan seraya memutar tubuh dan mendapati manik cokelat yang sangat familier menatapnya. "Sven!" serunya.

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini dengan berlari seperti itu?" Lelaki berbalut baju baja lengkap dengan atribut prajurit di masing-masing sisinya menolehkan pandangan sebelum ia menarik Igritte menjauh dari lorong. "Katakan padaku, kau tidak berniat menerobos ruang raja, bukan?"

Igritte menggeleng. "Aku harus menyampaikan keinginan Lady Elisabeth, dan berharap raja bisa menahannya."

"Maksudmu?"

"Pangeran Louis telah mengatakan bahwa tim ekspedisi akan berangkat malam ini," ucap Igritte. Tangannya bergerak gelisah dalam genggamannya. "Beliau telah memberitahukan jika Lord Francis adalah salah satu pemimpin dari ekspedisi itu, dan Lady Elisabeth berniat ikut dalam ekspedisi demi Lord Francis," lanjutnya.

"Oh tidak," kata Sven. Ia sempat terdiam dan hanya menatap manik hitam itu sebelum berkata, "Ikut aku," seraya menarik lengan Igritte dan menuntunya pada lorong sebaliknya. "Aku diminta berjaga di kediaman paduka raja. Namun beliau tentu akan mengantar prajurit tangguhnya."

Mereka menyusuri lorong menuju istana sayap kiri, mengantarnya pada bebatuan padat yang tersusun melingkar membentuk sebuah tangga menuju ruang di menara utama.

Igritte tahu jika ruang ini hanya di khususkan untuk pertemuan para panglima perang dan delegasi penting lainnya, dan ketika ia melangkahkan kakinya pada tangga bebatuan itu, perutnya terasa diremas. Ia takut dan gugup, namun ia harus membuat ladynya itu mengurungkan niatnya, dan itu hanya bisa dilakukan oleh perintah raja.

Pintu besar itu di jaga oleh dua prajurit berbalut baju baja dengan sebuah tombak bertaji runcing, ketika Igritte dan Sven sampai di atas menara. Tidak butuh waktu lama untuk Sven mendapat izin masuk, dan membawa mereka pada ruang pertemuan itu.

Dindingnya terbuat dari batuan putih tanpa warna, dengan jendela-jendela tinggi yang menghembuskan angin malam. Sebuah meja batu terpahat memenuhi ruang itu, serta kursi-kursi yang melingkarinya.

Setidaknya ada empat orang yang menduduki kursi itu dan seluruhnya menoleh ketika nama Sven diumumkan oleh penjaga.

"Penjaga bilang, kau membawa hal penting untuk disampaikan," ucap Raja Henry.

"Mohon ampun, your grace," kata Sven seraya membungkukkan tubuhnya diikuti Igritte yang berada dibelakangnya. "Saya hanya mengantarnya, pelayan pribadi Lady Elisabeth, untuk menyampaikan hal penting itu."

"Katakan."

Sven bergeser dan memberi ruang bagi Igritte untuk melangkah maju.

"Lady Elisabeth," ucap Igritte dengan sedikit jeda. "Berkeinginan untuk mengikuti tim ekspedisi demi menjaga Lord Francis, your grace."

Arthur yang mendengar penuturan pelayan itu hanya menggeleng dan tersenyum simpul dari tempat duduknya. Darah selalu lebih kental dari air, pikirnya.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang