Chapitre Quarante - 40

2.4K 280 2
                                    

Setelah pertemuannya dengan Arthur di perpustakaan seminggu lalu, ia merasa akan meledak. Dalam artian sebenarnya.

Awalnya ia merasa sesak dan sakit hati, mengingat bagaimana pria itu bermain dengan wanita jalang itu. Lalu dengan tidak tahu malunya merengek maaf setelah Alley memutuskan untuk membatalkan pertunangannya.

Namun, saat ini setelah ia berpikir untuk memaafkan pria itu dan mencoba melupakan hal yang mungkin sangat sulit ia lupakan, pria itu tidak datang.

Arthur tidak datang di waktu yang sudah mereka janjikan.

Alley bahkan sudah mengenakan gaun pemberian pria itu, dan duduk di restoran kota selama lebih dari dua jam. Sedangkan Arthur tidak terlihat sedikitpun batang hidungnya.

Matahari sudah di atas tiang, dan Alley berpikir untuk kembali ke kastil ketika sebuah dentuman keras membuat meja dan kursi kayu terguncang.

Ia saat itu berada di lantai dua restoran sebelah jendela, dapat melihat bagaimana asap pekat membumbung tinggi tidak lama setelah suara dentuman keras.

Alley berdiri, dan bersiap keluar ketika sebuah suara memekakan telinga membuat ia berderap cepat menuju luar restoran. Hampir seluruh penduduk sekitar turun ke jalan, memenuhi jalan duchy. Membuat jalanan itu ramai sesak.

Beberapa prajurit berteriak dan menuntun sebagian penduduk yang berada di jalanan.

"Nona Alley?" Suara berat milik seseorang membuat Alley menoleh, dan mendapati seorang prajurit berbalut zirah perak dengan lambang kerajaan berdiri di belakangnya. Alley terdiam mengamati, sebelum prajurit itu kembali berbicara. "Tuan Arthur meminta saya untuk mengantar Anda."

Saat itu Alley hendak memprotes ketika suara ledakan kedua kembali bergema.

"Maaf jika saya lancang," ucap prajurit itu sesaat sebelum ia menarik lengan Alley menuju kuda yang terikat tidak jauh dari tempat sebelumnya. "Silakan naik, Nona." Lalu membantu Alley menaiki kuda itu. "Saya akan mengantar Anda menuju istana. Ini akan menjadi perjalanan panjang," lanjutnya.

Tanpa berkata apapun, Alley mengikuti prajurit itu dan memulai perjalanan menuju istana dengan hati yang berat.

@@@

"Apa kabar, Sony?"

Suara khas itu sangat ia kenal, hingga tanpa butuh waktu untuk membuktikan pandangannya, Sonya membuka pintu kereta dan melompat keluar disusul suara pekikan horror Igritte ketika Sonya menginjak lumpur di bawah kereta.

Tanpa menghiraukan suara pekikan Igritte, Sonya berjalan mendekat Nyonya Delta dengan beberapa lumpur yang telah mengotori bagian bawah gaunnya.

"Ha! Bagaimana kau bisa datang dan menghilang begitu cepat, Nyonya Delta?" protes Sonya seraya sedikit membersikan lumpur pada sepatunya dengan sapu tangan merah muda miliknya.

Nyonya Delta tertawa. "Aku tidak datang dan menghilang," ucapnya. Ia menatap Sonya yang kini sedang membungkuk membersihkan sepatu miliknya. "Aku sedang menggiring wadah untukmu," lanjutnya.

Sonya mendongak, dan kembali berdiri tegak lalu berkata, "Ah! Mengenai wadah, kau tau aku kesulitan menerka-nerka benda itu."

"Sebentar lagi akan datang."

"Apa?" tanya Sonya ketika suara ringkikan kuda sayup-sayup terdengar dan tidak lama seseorang familiar terlihat diujung pandang sedang menunggangi kuda diikuti seorang prajurit dengan kuda cokelat terang.

Nyonya Delta berjalan mendekat arah kuda itu datang. Dengan ringkikan yang melengking, kuda itu berhenti tepat di depan Nyonya Delta. Sedangkan Sonya hanya terdiam mematung melihat bagaimana dengan santainya wanita itu berdiri di depan kuda milik Alley dan mengusap kuda cokelat gelap itu.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang