Chapitre Quarante-Neuf - 49

2.2K 251 7
                                    

Fajar telah menyingsing, membawa segaris cahaya kekuningan. Hembusan angin hangat menyentuh wajah pucatnya yang terlihat kusut. Setelah kejadian Tuan Duke pergi meninggalkan kastel, tanpa pikir panjang, Igritte pergi meninggalkan kastel dengan menggunakan kereta kuda yang bisa ia temui.

Tidak banyak kereta kuda bersedia mengantarnya kembali melalui jalur barat. Di samping jalur itu adalah jalur terjal, setelah perang pecah, jalur itu lebih banyak pemangsa dibandingkan sebelumnya. Tidak sedikit bangsawan melaporkan perampokan di jalur itu.

Namun, tidak ada pilihan lain bagi Igirtte selain pulang melalui jalur itu. Lagipula, tidak ada apapun yang ia miliki untuk dirampok oleh para bandit itu. Setelan yang ia gunakan saat ini pun lebih lusuh daripada para pengemis di duchy dan kereta kudanya lebih mirip seperti gerobak dibandingkan kereta kuda pada umumnya.

Tapi Igritte bersyukur, setidaknya masih ada kereta kuda bersedia mengantarnya kembali ke istana.

Matahari semakin tinggi ketika kereta kudanya memasuki perkotaan. Beberapa prajurit terlihat lebih banyak dibandingkan sebelum ia pergi. Alun-alun kota juga terlihat ramai. Igritte hanya dapat melihat hiruk-pikuk itu sembari berlalu.

Kereta kuda-gerobaknya melewati alun-alun kota dan berakhir di persimpangan. Dimana semua kereta kuda mengakhiri perjalanannya.

Jika berpikir kereta kuda murah akan mengantarnya sampai tujuan, itu adalah pikiran konyol penyewa kereta murah. Karena hanya kereta dengan sewa mahal yang mau mengantar sampai tempat tujuan. Selebihnya berhenti di pemberhentian.

Igritte turun dari kereta kuda itu dan memberikan beberapa perak pada kusir. Kusir itu tampak tidak senang, lalu berkata, "Kau berpikir membayar perjalanan jalur barat hanya dengan 10 Denier?"

Haruskan ia membayar lebih untuk perjalanan buruknya, pikir Igirtte. "Aku tidak ada uang lagi, lihatlah," ucapnya seraya mengeluarkan seluruh isi kantongnya yang kosong. Tentu saja Igritte tidak menyimpan koin-koinnya di dalam saku. Sven pernah mengajarkannya.

"Dasar!" dengus Kusir itu. "Jika tidak ada uang, jangan membuat perjalanan dengan kereta kuda," makinya seraya menghentakkan kudanya dan pergi meninggalkan Igritte. Sedangkan Igritte memilih berjalan menyusuri jalan kota.

Jarak antara pemberhentian dan Istana tidak terlalu jauh, juga tidak terlalu dekat. Mungkin ia akan menghabiskan sepanjang siang berjalan melewati hiruk-pikuk yang mulai terurai.

Di Kota tidak semencekam seperti di perbatasan, tetapi akhir-akhir ini setiap tempat selalu terjadi lonjakan angka kriminal. Itu membuktikan, perang membuat sebuah kerajaan terpuruk. Igritte terus melangkahkan kakinya hingga mencapai gerbang Istana.

Jika sebelumnya kota terlihat begitu ramai, mungkin saat ini Istana bisa dikatakan terlihat kacau. Beberapa pelayan hilir mudik dengan tergesa-gesa, bahkan bangsawan terlihat kesana dan kemari dengan wajah panik. Putri Liliana terlihat berjalan terburu-buru melewati lorong menuju ruang bersantai. Tidak ada seorangpun yang menyadari kehadirannya ketika sebuah tepukan membuatnya terlonjak.

"Akhirnya...," ucap Sven kala itu ketika maniknya menangkap sosok gadis yang ia cari sendari tadi. "Kemana saja kau?"

Igritte tidak mengerti makna kemana saja kau yang baru saja pria itu ucapkan. Apakah itu berarti ia tertangkap basah pergi dari istana atau akhirnya pria itu menemukannya setelah mencari keliling istana?

"Um, mencari udara?" ujar Igirtte tidak yakin. Awalnya ia berniat menceritakan kejadian di kastel waktu itu, namun kemudian ia urungkan. "Ada apa?" tanyanya kembali.

"Kau lihat," ucap Sven sembari mengedarkan pandangan. Menunjukkan betapa riuh istana saat ini. "Tuan Duke datang, dan membuat sedikit kekacauan di istana."

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang