Chapitre Trente et Un - 31

2.5K 290 5
                                    

Duke Montmorency, izinkan sepupumu ini membatalkan pertunangannya dengan Arthur de Poitiers untuk sekarang dan selamanya.

Itu adalah kalimat yang membuat suasana hatinya sehari-pagian ini hancur.

Tidak ada yang bisa membuatnya tenang tatkala memikirkan aliansi Barat akan timpang akibat keputusan mendadak Alley sepagi ini mengenai pertunangannya.

Lagi pula kejadian apa yang membuat gadis itu dengan teguh ingin membatalkan pertunangannya yang sudah berjalan hampir 2 tahun itu.

Francis memijat pangkal hidungnya seraya menghela napas. "Christer, bisa kau tuliskan surat pembatalan pertemuan dengan para jendral lusa nanti? Sepertinya aku harus mendiskusikan serius tentang keputusan pembatalan tunangan itu."

"Baik, my lord," jawab Christer yang saat itu sedang membereskan beberapa surat masuk untuk dipilah. "Apa perlu saya buatkan teh hangat?" tawarnya.

"Tidak perlu. Aku hanya butuh tidur," ujar Francis seraya berdiri dan berjalan menuju pintu. Sebelum membuka pintu itu, ia kembali berkata, "Sampaikan pada Elisabeth untuk besok pagi sebelum sarapan agar menemuiku di ruang kerja." Lalu dengan itu ia meninggalkan ruangan dengan tubuh yang mulai menghangat.

Tubuhnya selama ini sudah bekerja keras sampai batasnya. Namun, ia tidak memprediksikan ketahanan tubuhnya saat ini. Seharusnya semalam ia tidak mengerjakan dokumen itu, jika tahu Alley akan membuat masalah.

Pandangannya memburam, tatkala pening pada kepalanya membuat langkahnya terhenti sebelum mencapai ruangan. Butuh tenaga lebih untuk ia menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Francis!"

Suara familiar itu memenuhi pendengarannya sebelum sebuah tangan menyentuh dahinya.

"Astaga!" Ucap suara itu lagi. "Demammu tinggi sekali," lanjutnya.

"Tenang, El. Aku tidak akan mati hanya karena demam."

"Ucapanmu sangat kasar!" balas Sonya ketika ia berinisiatif membawa Francis menuju ruangannya. "Kemana pengawal sesore ini? Dan kenapa kau berjalan ke ruanganku alih-alih ruanganmu."

Sonya berusaha memapah tubuh besar Francis dengan lengan pria itu yang melingkari dibahunya dan tangan lain milik Sonya melingkar pada pinggang pria itu.

Ia berusaha dengan susah payah untuk membawa Francis keatas tempat tidurnya, dan langsung membaringkannya. Napasnya tersenggal kala ia berkata, "Badanmu sangat berat," seraya membenarkan posisi pria itu.

Hal pertama yang ia lakukan adalah keluar kamar dan mencari Igritte untuk memintanya membawakan air dingin serta kain kompres, lalu kembali untuk membuka sepatu dan baju milik Francis.

Goresan luka akibat anak panah beracun sewaktu lalu masih berbekas di pegelangan atas legannya. Dan itu mengingatkannya pada luka dipunggungnya.

Apa akan berbekas seperti itu?

"Saya membawa air dan kain kompres, my lady." Suara Igritte memenuhi ruangan yang kala itu mulai menggelap. "Sekalian akan saya bawakan lilin," ujar gadis itu setelah Sonya menyuruhnya meletakkan bejana kecil berisi air dan kain kompres di nakas samping tempat tidurnya.

Sonya mulai membasuh tubuh Francis yang berkeringat. Panas pada tubuh pria itu membuatnya tidak bisa berhenti untuk membasuhnya berulang kali sebelum meletakkan kain kompres lainnya pada dahi pria itu.

Beberapa kali ia meminta Igritte untuk mengganti air kompres dengan yang baru agar demam di tubuh Francis mereda. Itu membutuhkan beberapa waktu hingga malam semakin larut.

Sesekali Sonya menggeliat, menghilangkan pegal pada punggungnya. Hingga rasa kantuk menghampirinya, dan ia memilih membaringkan kepalanya dengan melipat kedua tangannya di tepi tempat tidur.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang