Chapitre Vingt-Sept - 27

2.5K 320 11
                                    

WARNING 18+


============================================================================================


"Kau sadar, El?" Sebuah suara familiar mengalun ditelinga Sonya.

Membuatnya mengarahkan padangannya dan menemukan iris sewarna abu-abu itu menatapnya lekat. Iris yang entah kenapa kini sangat ia rindukan. Apa kini ia mulai seperti Elisabeth?

"Ak–!" Suaranya terhenti ketika tenggorokannya terasa sangat kering dan bisa saja terluka ketika ia memaksa untuk berbicara. Maka disaat bersamaan, ia menjulurkan tangan kirinya. Menyentuh wajah pria didepannya itu dengan lembut. Betapa ia sangat merindukan pria ini.

Gerakan tangan Elisabeth tidak mampu Francis artikan dalam logikanya. Ia memang mengkhawatirkan Elisabeth melebihi apapun, dan keinginan terbesarnya adalah melihat iris sebiru langit itu terbuka dan kembali bersinar. Ia mengira itu adalah sebentuk perasaan bias dari perasaannya terhadap Diane. Namun, ia salah.

Apa itu berarti ia mencintai Elisabeth? Pemikiran itu berulang kali terbesit dalam benaknya akhir-akhir ini. Memenuhinya dengan kemungkinan-kemungkinan lain. Dan disaat pikirannya mulai memikirkan kembali kemungkinan lain, sebuah suara memenuhi ruangan.

"Saya datang bersama Colbat, my lord." Christer yang saat itu hanya menggunakan pakaian kasual masuk dengan sedikit membungkuk. Diikuti Colbat dan seorang lelaki muda membawa sebuah bejana dan kantung kain ditangan lainnya.

Francis menoleh seraya berdiri, "Kau bisa memeriksanya. Pastikan tidak ada yang terlewat," katanya. "Christer dan Nash, kalian boleh keluar."

Perintah itu membuat Christer dan Colbat bertukar pandang. Beberapa saat mereka terdiam. Namun, akhirnya mematuhi perintah itu dengan sebelumnya meminta Nash untuk mempersiapkan bejana dan perlengkapan lainnya.

"Saya akan mulai memeriksa Lady Elisabeth," ucap Colbat seraya mendekat tempat tidur dimana Elisabeth terbaring. "Anda bisa memposisikan diri untuk duduk, my lady?" tanyanya.

Hampir seluruh tubuh Elisabeth hampir terlilit perban, dan hanya menyisakan bagian leher dan perutnya yang terbuka. Apa luka pada tubuh Elisabeth begitu parah? pikir Sonya.

Dengan perlahan, Sonya mencoba memposisikan tubuhnya duduk bersandar pada kepala tempat tidur ketika sakit pada punggungnya menjalar, membuatnya mengernyit dan berdecak sebal.

Hal itu membuat Francis yang semula berdiri di belakang Colbat –hanya memperhatikan dirinya, kini berada di sebelahnya. Memegang lengan dan lengan lain pria itu pada pinggangnya.

"Itu sangat sakit ya?" ucap Francis lembut. Hembusan napas Francis menggelitik bagian belakang telinga Sonya. Dan belum cukup dengan itu, Francis mengangkat dan memposisikan tubuh Elisabeth didepannya. Dalam pelukannya. "Apa ini cukup Colbat?"

Otak Sonya masih mencerna segala tindakan Francis saat itu, dengan tubuhnya yang bertemu tubuh Francis. Namun ketika Colbat mengguting seluruh perban pada tubuhnya, ia bersyukur bahwa Francis mendekapnya. Menutupi tubuh telanjangnya dengan tubuh pria itu dan hanya menyisakan bagian terluka.

Dengan perlahan, Colbat mengobati luka itu. Luka yang membuat Sonya berulang kali menahan napas dan sesekali mencengkram erat baju belakang Francis. Itu sakit disamping debaran jantungnya yang tidak berhenti. Tubuh ini selalu bereaksi dari apapun sentuhan Francis.

"Mungkin lukanya akan lebih sakit untuk beberapa hari kedepan, my lady," ucap Colbat seraya mulai melilitkan perban baru untuk menutup luka Sonya.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang