Chapitre Cinquante-Deuxième - 52

2.3K 257 35
                                    

"Besok aku akan kembali ke Kastil d'Angoulême."

Pagi itu Mil datang dengan gaun sewarna langit serta beberapa perhiasan senada yang terlihat asing di matanya. Bahkan ketika Mil meletakkan gaun serta perhiasan itu di atas tempat tidur miliknya, Alley masih terdiam sembari terus menatap wanita pelayan itu.

"Apa Anda sudah mengatakan pada Tuan Duke, Putri?" tanya Mil.

Mengabaikan pertanyaan Mil, Alley berjalan menuju tempat tidur di mana gaun dan perhiasan itu diletakkan seraya berkata, "Aku tidak memesan gaun ataupun perhiasan ini," tunjuknya. Salah satu perhiasan itu adalah sebuah kalung berliontin batu berlian dan Alley bukanlah pecinta batu berlian.

"Maaf, Putri. Tapi ini adalah permintaan Tuan Arthur untuk memberikannya kepada Anda."

Alley mengernyit. "Arthur?" beonya. Seingatnya, pria itu berada di Benteng Barat dan tidak bisa kembali untuk beberapa bulan ke depan. Lalu kenapa sekarang ia ada di istana?

"Ya, Putri," jawab Mil. "Tuan Arthur kembali ke istana dini hari."

Alley terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia berjalan ke ruangan lainnya seraya berkata, "Aku tidak peduli dengan gaun hari ini. Bantu aku membersihkan diri, Mil."

"Baik, Putri."

Pagi itu menjadi waktu membersihkan diri paling lama yang Alley lakukan. Bahkan jika perlu, Mil menggosok tubuh dan mencuci rambutnya kembali untuk lebih memperpanjang waktu. Karena itu adalah satu-satunya alasan untuk tetap berada di ruang pribadinya.

Matahari semakin tinggi dan melewatkan perjamuan pagi ketika ia selesai membersihkan diri. Beberapa pelayan membantunya memakai gaun sewarna langit itu. Gaun dengan leher rendah yang membuat dadanya terlihat menonjol. Untuk kesekian kali, Alley memijat pelipisnya.

Pertama kalung dengan batu berlian, dan kini gaun dengan leher rendah. Itu semua bukanlah corak mode dirinya. Ia terlihat seperti Liliana saat ini.

"Apa Anda ingin mengganti gaunnya, Putri?" tanya Taria, pelayan yang dibawa Mil untuk membantunya memakai gaun. Sedangkan wanita pelayan itu menata surai coklatnya.

Mil tidak berkata apapun, tetapi wanita pelayan itu memperhatikan raut wajah Alley dengan seksama. Dan Alley tahu apa yang harus ia jawab. "Tidak. Biarkan seperti ini."

Mil menghembuskan napas lega. Setidaknya permintaan Tuan Arthur terpenuhi.

"Lalu, apakah Anda ingin memakai ini, Putri?"

Taria menyodorkan kalung serta anting-anting bermata berlian dengan corak senada itu. Ia tidak menyangka bahwa selera Arthur akan seburuk ini.

"Lupakan itu. Aku hanya akan berkeliling istana, bukan mengikuti pesta kerajaan. Rias wajah dan rambutku saja."

"Baik, Putri."

Setelah itu, Mil dan Taria meriasnya dalam diam. Ia hampir saja tertidur ketika sebuah suara familiar membuat matanya terjaga.

"Aku tidak menyangka kau akan memakainya."

Alley menoleh dan mendapati Arthur berdiri hampir di ambang pintu. Pria itu berbalut doublet sewarna gaunnya namun lebih gelap. Dan itu hanya bisa membuatnya menghela napas.

"Apa yang kau lakukan di kamarku?"

Alley tidak tahu harus menggunakan ekspresi apa untuk menghadapi pria itu. Namun, yang pasti hatinya sudah tidak berdebar ataupun sesakit sebelumnya. Sepertinya menjaga jarak dengan pria itu sementara waktu, dapat sedikit menyembuhkan hatinya.

Arthur terkekeh. "Apa kau dulu sedingin ini?"

Alley memutar bola mata dan kembali menatap cermin yang memantulkan dirinya. "Apa kalian sudah selesai meriasku?"

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang