Chapitre Vingt-Huit - 28

2.4K 306 5
                                    

Saat itu Sonya hanya benar-benar berniat kembali ke kamar pribadinya setelah mengantar Pangeran Louis menuju ruang kerja Francis. Namun, siapa sangka ketika dalam perjalanan menuju kamar pribadinya, ia harus berpapasan dengan Liliana. Perempuan yang sudah pasti ia hindari jika saja ada kesempatan.

"Selamat siang, my lady." Suara lembut mengalun dari bibir penuhnya sewarna mawar. Aroma manis bercampur pedas menguar ketika perempuan itu semakin dekat. "Lama tidak berjumpa."

Sonya hanya bisa tersenyum masam dalam hati tatkala ia berkata, "Lama tidak berjumpa, Lady Liliana. Ada urusan apa Anda kemari?"

Perempuan itu tersenyum. "Saya bersama Pangeran Louis tadi. Namun, beliau harus menemui Duke untuk urusan lain, jadi saya pikir mungkin saya bisa melihat kabar Anda, my lady," ucapnya diiringi gesture lembut yang mengisyaratkan perbincangan lain.

Sonya bukan gadis kemarin yang tidak mengerti arti dari tanda yang perempuan itu berikan. "Bagaimana kalau kita bersantai minum teh?" tawarnya. "Igritte, tolong kau siapkan teh terbaik kita," perintah Sonya pada Igritte yang sendari tadi mengikuti dalam diam di belakang.

"Baik, my lady," jawab gadis itu seraya pergi meninggalkan Sonya. "Mari, Lady Liliana," ujarnya tatkala menuntun perempuan itu menuju ruang teh pribadinya

Liliana mengangguk samar. Tidak pernah dalam ingatannya jika perempuan di depannya itu menjadi lebih peka. Pun dengan tetap mempertahankan ketenangan di hadapannya.

Dalam ingatannya, Elisabeth adalah perempuan bodoh yang dibutakan cinta. Bahkan ketika perempuan itu mengetahui hubungannya dengan Francis alih-alih murka, perempuan itu justru diam dengan dalih cintanya pada Francis. Dan itu awalnya membuat Liliana tidak habis pikir. Namun, bukankah itu kesempatannya untuk mengambil perhatian Francis? Maka saat itu, ia berusaha mengambil perhatian Francis dengan tubuhnya.

"Anda terlihat sehat, my lady," ucap Liliana memecah keheningan.

"Ya. Semua berkat tabib kastil yang sangat handal," balas Sonya. Dari segi apapun, ia jelas mengerti basa-basi yang perempuan itu lontarkan. "Bagaimana keadaan Anda, lady Liliana?"

Gaun sewarna lavender milik Liliana begitu mencolok dimata Sonya. Bukan karena sulaman emas bercorak pada kerah gaun itu, tetapi betapa rendah kerah itu dan menonjolkan bagian tubuh tertentu milik Liliana.

Mungkin dia menjadi contoh penggunaan Plunging Neck dimasa depan nanti, pikir Sonya.

"Saya sangat senang ketika mendengar Anda sudah sadarkan diri," balas Liliana.

Perjalanan menuju ruang teh tidak sampai sepuluh menit lamanya, namun Sonya merasa bosan dengan basa-basi yang perempuan itu lontarkan. Mungkin sesampainya di ruang teh, ia akan langsung berbicara inti.

Namun, itu harus tertahan ketika Christer datang dan menginterupsi perbincangannya dengan berita yang membuat Sonya harus berlari menuju kastil belakang.

"Bagaimana bisa itu terbakar?!" teriak Sonya tatkala ia berlari mendekat kobaran api pada bangunan belakang kastil. Itu salah satu bagunan indah di kastil ini, dan kini bangunan kecil itu dipenuhi kobaran api.

"Maaf Nyonya, kami hendak melakukan pekerjaan kami ketika sesuatu terpantik disana dan menyebabkan api membakar sebagian batang dan menjalar," ucap salah satu pelayan. Pelayan itu mengenakan seragam dengan bagian bawahnya telah sobek dan kotor.

Dan ketika pelayan itu hendak kembali berbicara, gerakan impulsif Sonya membuat beberapa pelayan berteriak.

Hanya dalam satu tarikan adrenalin, Sonya berlari mendekat taman dengan suara menggema. "Angkut air danau, dan siram seluruh bagian taman dengan air itu!"

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang