Chapitre Trente-Trois - 33

2.5K 318 7
                                    

Ada dua fakta yang Francis dapat pagi ini.

Pertama adalah Arthur bermain dengan Liliana.

Ia tidak tahu sejak kapan Arthur dan wanita itu bermain, dan itu membuatnya sadar bahwa ia seperti bajingan bodoh yang terpikat oleh wanita itu disaat wanita itu berada dalam pelukan pria lain. Ia menggerang.

Kedua adalah perkataan Sonya yang mengungkit rencana pernikahannya dan menyutujuinya.

Itu membuat hatinya kecewa. Ia merasa, jika bahkan Sonya mengabaikan perasaannya. Seperti ia mengabaikan perasaan gadis itu sebelumnya.

Apa itu karma? pikirnya. Ia memijat pangkal hidungnya dengan lelah.

Setelah Alley mengungkapkan alasan yang membuatnya terkejut, hampir berteriak, ia memutuskan untuk menyudahi perbincangan pagi itu dengan Elisabeth yang sudah meninggalkan ruang makan. Meninggalkan dirinya dengan perasaan kacau baik hati maupun pikirannya.

Dan kini, Francis mencoba memahami situasi baik dari sudut pandang Alley maupun Arthur. Lalu, satu-satunya yang dapat ia pikirkan adalah memanggil Liliana untuk melakukan pembicaraan serius mengenai ini semua. Namun, ketika Christer mengatakan bahwa Louis dan Liliana telah dalam perjalanan pulang sejak sore kemarin, ia hanya bisa menunggu rombongan Louis tiba menerima surat kunjungannya.

Masalah lain yang harus ia selesaikan segera adalah Elisabeth. Entah kenapa, sepagian ini setelah perkataan terakhir perempuan itu hingga matahari berada di puncak tiang, tidak pernah sedikitpun ia merasa tenang. Seolah ia wajib menjelaskan sesuatu pada gadis itu, dan kembali melihat sorot matanya yang bersinar.

"Christer, tolong sampaikan pada Elisabeth jika aku akan bermalam di kamarnya," ucap Francis saat itu ketika Christer hendak meletakkan kembali buku administrasi kerajaan pada lemari buku di sudut ruangan.

Pria yang kini telah berumur hampir setengah abad itu menoleh dengan tatapan selidik. Biasanya, tuannya itu hanya akan mampir barang sebentar ke kamar Lady Elisabeth jika ada masalah. Tapi bahkan ia masih memiliki pendengaran sangat bagus jika ia salah dengar.

"Apa Anda membutuhkan sesuatu dari Lady Elisabeth?" tanya Christer hati-hati. Lengan kanannya mendorong buku itu dan menarik buku tebal lainnya. "Saya akan menyampaikannya pada Igritte untuk membawa Nyonya kesini," lanjutya seraya berjalan menyebrangi ruangan dan menaruh buku tebal itu di meja milik Francis. "Parlemen meminta laporan anggaran tahun ini untuk di lakukan evaluasi."

Francis mengernyit. "Bukankah laporan itu sudah di laporkan bulan lalu?"

Christer menggeleng seraya berkata, "Ada perubahan susunan pada parlemen. Dan tahun ini sepertinya akan ada dua kali pemeriksaan anggaran perang."

"Perang baru terjadi sekali dalam tahun ini, dengan dua kali pemeriksaan. Mereka hanya membuang anggaran," ujar Francis seraya membuka buku setebal ranting pohoh ek itu. "Apa aku harus menulis ulang ini?"

"Anda hanya perlu memeriksa anggaran ini. Saya akan meminta Jonas untuk menuliskan ulang untuk Anda. Apa ada anggaran yang ingin perbaiki?"

Francis menarik napas. Pekerjaannya akan menumpuk, dan ia hanya punya sedikit waktu untuk kedepannya. Lalu bagaimana ia bisa bertemu Elisabeth? Ditambah perkataan gadis itu pagi ini, membuat Francis butuh berbicara tatap muka dengan gadis itu.

Buku tebal yang menampilkan sederet angka telah terbuka di depannya. Pun dengan pena dan perkamen di sebelahnya, ketika detik berikutnya Francis berdiri dari kursinya seraya berkata, "Tolong sampaikan pada Elisabeth, setelah membersihkan diri, aku ingin Elisabeth pindah ke ruang tidurku untuk sekarang dan seterusnya." Lalu, meninggalkan ruang kerja dengan tanpa kembali menoleh pada Christer yang kini menampilkan wajah terkejut sekaligus terheran.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang