Hai kawan!
Mohon maaf minggu kemarin tidak bisa update Parallel, karena satu dan lain hal yang harus aku urus di dunia nyata. Mohon maklumnya yaa hehe.
Selamat membaca!
===============================================
Ruangan itu besar dengan paduan warna krem dan emas. Langit-langitnya tinggi dan bundar dengan corak awan, serta sekumpulan para dewa-dewi yang terduduk atas susunan awan-awan itu.
Di samping langit-langit bundar, sepasang malaikat kecil menjaga masing-masing pilar, menjalinnya dengan rangkaian ukiran unik hingga ke bawah. Membentuk sebuah serambi dengan seorang lelaki yang terbaring di tempat tidur berkanopi di tengah ruangan.
Wajahnya pucat dengan bibir yang sedikit membiru, sedangkan seorang pria baya terduduk di sebelah lelaki itu sesekali mengoleskan ramuan pada lengannya yang terluka, dan kemudian membalutnya dengan perlahan.
"Racunnya tidak menyebar terlalu luas ke bagian lain," ucap pria baya itu sembari memotong bebat dan mengikatnya dengan lembut namun kuat. "Anda tidak perlu khawatir, my lady."
Sonya –yang sendari tadi hanya bisa memandang Francis dari tempatnya berdiri saat ini, hanya dapat mengangguk lemah dengan sisa air mata yang masih membasahi matanya.
"Bagaimana bisa ada seorang penyusup memasuki area istana?" tanya Liliana gusar. Wajahnya menampakkan kekhawatiran yang sama besarnya dengan Sonya. "Harusnya semua yang memasuki area istana telah diperiksa."
"Penjaga sedang memeriksa seluruh tamu, jika kau mencurigai mereka," ucap Arthur tenang.
Sendari tadi matanya selalu mengawasi wanita yang terduduk di sisi lain tempat tidur itu. Memegang lengan bebas milik Francis dengan tatapan yang membuatnya tidak nyaman. Lengan gaun wanita itu juga telah kotor ketika ia membantu para tabib kerajaan untuk membersihkan luka goresan pada lengan Francis yang terus mengeluarkan darah.
"Sebaiknya kau berganti pakaian, Li," kata Arthur kembali ketika hanya keheningan yang ia dapat. "Kau juga," lanjutnya pada Sonya.
Bahkan perempuan ini lebih kacau ketimbang Liliana, pikirnya dalam hati.
Gaun Sonya telah robek di bagian bawah, sedangkan lengan atasnya turut terkena darah milik Francis ketika ia menemukan perempuan itu menangis sembari mengikat bagian lengan atas milik Francis agar racun tidak menyebar selagi para prajurit membawanya menuju ruang kesehatan kerajaan. Itu adalah sebuah bentuk pertolongan pertama yang menurutnya sangat mengagumkan untuk seorang lady yang tidak pernah tahu hal-hal berbau medis.
"Aku tidak apa-apa," jawab Sonya begitu pelan. Seakan ia tidak ingin yang lain tahu bahwa suaranya bergetar. Ia kembali mengusap pipinya untuk sekali lagi menghapus jejak air mata yang tidak kunjung mengering.
Robert pernah mengalami itu. Bedanya ia terkena racun ular ketika ia sedang mendaki di sebuah gunung. Dalam evakuasi yang memakan waktu, Robert hampir kehilangan nyawanya ketika racun mulai menyebar dan membekukan darahnya. Itu adalah hal yang paling menakutkan sepanjang ia berteman dengan Robert. Kini ia merasakan perasaan itu kembali ketika ia melihat Francis disana.
Jika Robert membutuhkan waktu hampir dua minggu untuk lelaki itu pulih dari racun ular, kali ini ia bahkan tidak mempunyai petunjuk sama sekali racun apa yang telah menyentuh lengan Francis, dan membuatnya tidak dapat memprediksikan pasti kapan Francis akan tersadar. Memikirkan fakta itu, membuatnya resah.
Pintu besar ruangan terbuka dan menampilkan seorang perempuan berbalut gaun satin sewarna burgundy dengan lengan menjuntai dan aksen emas di setiap sisinya beserta mahkota tiara yang melekat di kepalanya yang bersanggul rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel
FantasyAkibat kecelakaan yang menimpa dirinya, Sonya terbangun di tahun 1540 sebagai Elisabeth de Poitiers yang terikat pernikahan dengan Francis de Montmorency. Lalu apa yang harus Sonya lakukan? ===========================================================...