Chapitre Cinquante Neuf - 59

986 83 15
                                    

"Hati-hati, dia terinfeksi,"

Informasi Jaemes sangat terlambat, karena Alex tanpa sengaja telah menyentuh laki-laki yang menabraknya tadi dengan mendorong menjauh dari tubuhnya.

Dengan tergesa ia mencuci tangan dan bagian lain yang tersentuh laki-laki itu menggunakan air bekas membasuh lukanya tadi. Sialan! Runtuknya. Ia tidak boleh terinfeksi.

Sedangkan lelaki itu tersungkur mengenaskan, dengan wajah menghadap tanah. Tidak bergerak.

"Apa dia mati?" tanya Alex sedikit mendekat seraya menggoyang-goyangkan tubuh laki-laki itu dengan kakinya. "Dia mati," ujarnya kembali menegaskan.

"Sepertinya, kita harus bertemu dengan Nona Giyana," ucap Jaemes seraya berjalan menuju tenda Pusat Kesehatan diikuti Alex dengan jalan terseret-seret.

Perkemahan sangat ramai dan sibuk. Pukulan mundur dari pasukan musuh mengakibatkan arus hilir mudik menjadi lebih padat terutama menuju tenda Pusat Kesehatan. Banyak dari prajurit terluka parah, beberapa kehilangan salah satu anggota tubuhnya atau datang dalam keadaan tak bernyawa.

Alex tidak dapat membayangkan jika tadi Jaemes tidak menariknya keluar dari tumpukan mayat itu. Mungkin saja ia akan menjadi salah satu orang yang tergeletak disana, tidak bernyawa.

Saat pandangannya berputar, melihat sekeliling, Manik biru kehijauannya menangkap seorang wanita surai merah sedang berjalan menuju salah satu prajurit yang terluka parah. Wanita itu dengan sigap membalurkan cairan berwarna gelap, lalu membalutnya dengan kassa. Gerakan wanita itu sangat cepat, hingga manik cokelat milik wanita itu balik menatapnya.

"Kupikir kau sudah mati," ucap Giyana yang sudah berada di depannya. Berdiri dengan tangan terlipat di dada. "Aku sedang berpikir di mana mayatmu."

"Sepertinya banyak yang menyumpahiku mati," ucap Alex berdecih.

Padahal wanita itu adalah tipenya, selain Liliana tentunya. Tubuh Giyana berisi di bagian-bagian yang pas, membuat wanita itu terlihat menggoda hanya dengan melihatnya.

"Lihat. Bahkan nafsu seksmu masih terlihat dalam keadaan mengenaskan seperti itu."

Alex tertawa. Giyana adalah wanita dengan segudang talenta, dan membaca pikirannya adalah salah satu talenta terhebat menurutnya. Karena Liliana saja tidak dapat membaca sedikitpun, padahal ia sudah sangat terbuka dengan wanita itu.

Kembali ke wanita di depannya saat ini, yang berbalut kemeja putih dengan vest hijau lumut berpadu ornament sewarna kunyit dan celana pas sewarna coklat melekat pada kaki jenjang wanita itu. Dia tidak menggunakan gaun selayaknya wanita bangsawan lainnya, tetapi auranya selalu terpancarkan.

"Kau sangat mengagumkan," ucap Alex tanpa diduga. Itu adalah isi hatinya, melihat betapa wanita di depannya itu berbeda dibandingkan dengan wanita-wanita bangsawan yang pernah ia temui.

"Aku sangsi pria sepertimu mengagumi seorang wanita yang bekerja di tempat kotor seperti ini," balas Giyana. "Omong-omong, pukulan mundur itu membuat sedikit kekacauan disini. Bisa bantu aku, Sir Jaemes?" ucapnya mengalihkan pandangan kearah Jaemes yang sendari tadi hanya berdiri diam. "Dan kau," pandangannya kembali pada Alex, "Morris akan membantumu."

Lalu wanita itu melenggang pergi diikuti oleh Jaemes, meninggalkn Alex sendiri menunggu Morris yang tidak kunjung datang.


@@@


"M'lord, pasukan barat kalah."

Kalimat itu bagai petir menyambar di siang bolong. Persiapan mendadak pada pasukannya terbukti tidak efektif melawan pasukan musuh. Barangkali jika Spanyol mengirimkan pasukannya, Florence tidak akan jatuh, dan itu adalah kemungkinan kecil bagi Francis.

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang