Chapitre Cinquante-Quatrième - 54 Part 2

1.6K 202 13
                                    

54 Part 2  (gatau kenapa dibuat 2 part, padahal sebenernya chapter ini bisa berdiri sendiri wkwkwk)

============================================================================================

"Kemudian...," lanjut pria surai pasir itu. "Tenaga medis, dibantu oleh tujuh orang prajurit battalion 5, mengkonfirmasi tiga prajurit lain─yang telah berkontak fisik dengan salah satu prajurit terinfeksi─ mengalami gejala janggal. Salah satunya adalah kulit seperti melepuh."

"Yang Mulia!"

Sebuah suara tiba-tiba saja menginterupsi. Pria sama yang sebelumnya maju dan ditolak oleh Raja Henry, kini kembali berdiri lalu berjalan menuju tengah balairung ─tempat di mana dua prajurit berdiri. Namun, kali ini Raja Henry tidak menghentikannya.

"Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia," lanjut pria itu kembali. Surai kemerahannya terlihat lebih mencolok diantara pria bersurai pasir itu ─dengan seragam khas parlemen─ berhasil menyita perhatian audiensi. "Hal seperti ini, bukankah sebaiknya dibicarakan dalam lingkup kecil?"

Suara samar kembali terdengar. Beberapa mengutarakan setuju dengan pendapat pria itu, dan beberapa sangsi. Sonya mengedarkan pandangannya, dan mendapati seorang pria bersurai kelam menatap dirinya.

"Apakah ini terlihat sebagai masalah kecil?" Suara itu penuh wibawa yang mengintimidasi, membuat Sonya mengalihkan pandangannya kearah di mana Raja Henry duduk. "Seperti yang kita tahu," lanjut Raja Henry. "Selama ini, kabar sesungguhnya dari benteng barat hanya diketahui oleh beberapa orang. Kami menghimpun seluruh berita yang datang, untuk disampaikan kembali kepada audiensi dengan mempertimbangkan segala hal. Namun, berita besar ini, harus disebarkan sebagai bahan rencana tindak selanjutnya. Secepatnya," tekan Raja Henry.

Seorang pria bersurai kelam ─yang sebelumnya menatap Sonya─ berdiri. Cape biru bersulam perak di setiap sisinya menunjukkan bahwa ia adalah seorang bangsawan penting. Sonya tebak dia adalah salah satu Faksi yang berpengaruh.

"Mohon izin, Yang Mulia!" Suara bariton milik pria itu terdengar berat. "Memang benar jika ini adalah kabar yang perlu disampaikan kepada warga istana. Tetapi kami khawatir akan dampak setelah ini. Mungkin saja akan menjadi kepanikan besar."

"Count Glenham," ucap Raja Henry. "Bagaimana pendapatmu mengenai pernyataan Viscount Herleston dan Marquis Angoulême?"

Seorang pria ─berbalut doublet sewarna lumut─ maju. Surai pirangnya begitu kontras. "Yang Mulia ...," ucap Count Glenham seraya sedikit membungkuk. "Marquis Angoulême dan Viscount Herleston," lanjutnya. "Kita sangat mengetahui, pada akhirnya, cepat atau lambat, berita ini akan menyebar dan menjadi kekacauan di kerajaan, terutama di ibukota, bahkan di dalam istana. Akan tetapi, ini adalah penting untuk setiap penduduk kerajaan mengetahuinya."

"Lalu, bagaimana menurutmu kita bertindak?" Raja Henry kembali berucap.

"Ada ratusan prajurit mati karena penyakit tidak diketahui ini. Banyak diantaranya adalah ksatria terbaik kita. Tentu, jika ingin memenangkan perang ini, kita harus mengirim sebanyak mungkin prajurit untuk kembali memenuhi seluruh kekosongan ksatria kita di medan perang. Lalu, kirim tenaga medis, obat-obatan dan relawan untuk menanggulangi penyakit ini. Setidaknya lebih cepat, lebih banyak dan lebih baik."

Suara samar yang sebelumnya memenuhi balairung, kini kembali sunyi. Setiap pasang mata saling berganti pandang, tetapi tidak ada satupun berbicara.

"Anda terlalu cepat mengambil keputusan, Count Glenham," ujar Raja Henry. Kedua alisnya tertekuk. "Dengan mempertimbangkan penyakit yang belum diketahui ini, kerajaan tidak bisa dengan mudah mengirim sebanyak mungkin orang kesana. Kita tidak dapat bertaruh dengan nyawa."

ParallelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang